Wednesday, December 30, 2015

Zaphanza, Jaket Gunung Multifungsi Karya Mahasiswa IPB

Zaphanza, Jaket Gunung Multifungsi Karya Mahasiswa IPB
Zaphanza Merah

Selama ini, bagi sebagian pendaki gunung, mengemas keperluan mendaki gunung menjadi hal yang merepotkan. Tidak jarang terlihat para pendaki terlalu kesulitan dalam menyiapkan dan mengemas perlengkapan pendakian ke dalam tas carrier. 

Belum lagi jika harus membawa tenda dan sleeping bag untuk bermalam, pendaki terkadang merasa kewalahan dan bingung untuk memasukkan tenda ke dalam tas carrier. Selain itu, beban tas menjadi sangat berat karena memuat terlalu banyak kebutuhan pendakian.

Sebuah desain yang inovatif karya mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mampu mengubah kondisi tersebut menjadi lebih praktis dan efisien. Tim yang terdiri dari Moh. Zahwan Jamaludin, M. Ikhwan Hanif, Venza Rhoma Saputra, Reza Fahmi Hidayat, Panji Laksono, Rico Juni Artanto dan Megawati Simanjuntak ini menggabungkan fungsi penyimpanan perlengkapan, sleeping bag, dan rain coat pada sebuah jaket gunung multifungsi bernama “ZAPHANZA”.

Pendaki tak perlu bingung saat melakukan pengemasan perlengkapan dan perhitungan beban agar dapat ditopang oleh tubuh pendaki. Zaphanza dapat menjadi pilihan praktis dan efisien dalam pendakian.

Invensi ini berhubungan dengan jaket gunung yang memiliki fungsi lebih banyak dibandingkan fungsi jaket gunung pada umumnya. Yakni dengan memanfaatkan setiap sisi jaket sebagai fungsi penyimpanan tanpa mengurangi fungsi utama jaket gunung sebagai pelindung tubuh dair udara dingin. 

Misalnya tenda berkapasitas 2 orang, peluit, senter, kompas plus termometer, peralatan makan, sarung tangan,

Invensi ini dapat berfungsi sebagai sleeping bag dengan konsep penutupan seluruh tubuh tanpa sesak, rain coat dengan bagian celana yang dapat dijulurkan dan merupakan bagian dari jaket. Selain itu, invensi ini disempurnakan dengan adanya scott light stripping. 

Pemantulan cahaya pada desain luar jaket untuk memudahkan pemantauan keberadaan pendaki gunung di kala terlalu jauh terpisah dari kelompok pendakian.

“Zaphanza didesain sangat efektif untuk para pendaki gunung, dikarenakan fungsi jaket yang beranekaragam terkumpul dalam satu produk yang praktis dan efisien untuk pendakian,” ujar Rico.

Zaphanza, Jaket Gunung Multifungsi Karya Mahasiswa IPB
Rangka Tenda Tersimpan di Punggung 
Invensi ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

a. Bagian dalam jaket yang difungsikan sebagai kantong penyimpanan
tenda.

b. Bagian bawah jaket yang difungsikan sebagai penyimpanan celana rain
coat.

c. Bagian lengan bawah yang difungsikan sebagai penyimpanan sarung
tangan.

d. Bagian lengan atas yang dilengkapi kantong penyimpanan senter
dan kantong penyimpanan kompas plus thermometer.

e. Scott light stripping yang terdapat pada desain utama jaket
untuk memantulkan cahaya pada kondisi gelap / malam.

f. Kupluk full face berventilasi untuk melindungi seluruh bagian kepala
dari gangguan serangga saat tidur tanpa mengganggu sistem pernapasan.

Inovasi ini sudah beberapa kali dimuat di berbagai media baik lokal maupun nasional (baca : metrotv news http://bit.ly/1ZAxl2j dan Liputan6 news http://bit.ly/1UfUeEw). Bahkan, tim pernah diundang Kompasiana di Kompas TV.

Tuesday, December 29, 2015

Mahasiswa IPB Ciptakan Donat dari Labu Kuning dan Ekstrak Kulit Pisang

Donut Labu Kuning dan Kulit Pisang IPB
Proses Pembuatan Donut Labu Kuning dan Kulit Pisang

Labu kuning (Cucurbita moschata Durch) merupakan salah satu bahan pangan yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Buahnya besar dengan warna yang bervariasi, mulai hijau hingga kuning pucat. Masyarakat biasanya memanfaatkan labu kuning sebagai bahan campuran sayur, kolak, kue talam, dodol, ataupun cake.

Kandungan gizi labu kuning sangat tinggi, antara lain karbohidrat, protein, mineral penting seperti fosfor, zat besi, kalsium, beberapa vitamin seperti vitamin B dan vitamin C, serta kandungan betakaroten dan provitamin A yang amat tinggi. 

Akan tetapi, selama ini masyarakat kurang mengembangkan pemanfaatan labu kuning secara maksimal sehingga labu kuning terkesan menjadi produk sampingan yang tak bernilai. Pemanfaatan labu kuning belum dilakukan secara komersial dan menjadikannya salah satu produk unggulan yang digemari masyarakat.

Di tangan tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), yakni Akhdan Rafif, Oki Setiawan dan Rahmat Junedi, labu kuning disulap menjadi kue donat yang diberi varian rasa toping ekstrak kulit pisang, dikemas menarik dan dijadikan sebagai diversifikasi pangan lokal.

“Slogan Donat Drakula adalah ‘Makan donat Drakula sebagai Wujud Diversifikasi Pangan Lokal’. Ini berarti menunjukkan wujud cinta pangan lokal, sebab membantu pengurangan donat impor yang sudah merajai pasar Indonesia,” ujar Akhdan.

Keunggulan produk Donat Drakula adalah varian rasa toping (vanila, coklat dan strawbery) yang dikombinasi dengan ekstrak kulit pisang. Harganya relatif terjangkau karena sumber bahan bakunya melimpah.

“Variasi rasa toping seperti ekstrak kulit pisang dilakukan sebagai pemanfaatan limbah kulit pisang agar optimal,” imbuhnya.

Kulit pisang banyak mengandung karbohidrat, air, vitamin C, kalium, lutein, antioksidan, kalsium, vitamin B, lemak, protein, minyak nabati, serat, serotin dan serotonin. 

Beberapa kandungan zat gizi yang terkandung dalam kulit pisang tersebut ternyata mengandung manfaat bagi manusia, diantaranya kandungan serotonin dapat menambah mood, karena zat ini mempengaruhi rasa bahagia dalam tubuh manusia; minyak nabati dapat meredakan rasa nyeri pada tubuh; antioksidan dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh; dan kandungan vitamin serta mineralnya juga sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia.

“Selain untuk mendukung program pemerintah terkait diversifikasi pangan lokal dan upaya ketahanan pangan, labu kuning sudah seharusnya diolah menjadi suatu produk inovatif dan bernilai ekonomi tinggi. Citra labu kuning sebagai sayuran yang murah dan biasa saja harus diubah menjadi sayur bergizi tinggi dan disukai berbagai kalangan,” tandasnya.

Donat Drakula sudah mendapatkan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga cocok dengan Indonesia yang mayoritas masyarakatnya merupakan muslim dan harga yang terjangkau mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi semua kalangan yaitu 35 ribu per kotak dengan isi 10 donat.(zul)

Monday, December 28, 2015

Rutin Tahajud Sejak SMA, Kini Menjadi Calon Dokter Hewan IPB

Jefri Naldi, Calon Dokter Hewan IPB
Jefri Naldi, Calon Dokter Hewan IPB 
Adalah Jefri Naldi, anak yatim lulusan SMAN 1 Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, yang kini menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB). Jefri menjadi salah satu mahasiswa yang mengikuti proses seleksi beasiswa Bidikmisi di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit, Kampus IPB Darmaga (16-17/6/2014).

Anak keempat dari enam bersaudara ini sudah menjadi yatim sejak kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dua kakaknya berhasil lulus SMA tetapi dua kakaknya yang lain terpaksa putus sekolah karena kondisi ekonomi keluarganya.

Dari Sekolah Dasar, Jefri termasuk anak berprestasi terbukti saat kelas 1 SMP, ia menduduki peringkat pertama di kelasnya. Namun karena meninggalnya sang Ayah, prestasi Jefri sempat “ngedrop” hingga lulus SMP. “Alhamdulillah, motivasi saya bangkit kembali saat masuk SMA,” ujarnya.

 Untuk membantu biaya hidup keluarganya, setiap hari Jefri menjadi “gembala sapi” dan tukang aduk semen. Selepas pulang sekolah (jam tiga sore), Jefri menjadi tukang aduk semen hingga pukul lima sore. Setelah itu, Ia pergi ke ladang mengarit rumput untuk bekal makan sapi tetangganya.

“Setiap minggu saya mendapatkan 100 ribu dari mengaduk semen. Dan untuk hasil mengarit baru bisa dirasakan saat sapi itu dijual oleh pemiliknya. Misal sapinya laku 4 juta saya mendapatkan 2 juta (biasanya sapi dijual setelah 2,5 tahun dipelihara). Uang itu saya serahkan semua ke ibu untuk biaya makan. Untuk sekolah saya bergantung pada beasiswa. Ini kalau tidak ada bidikmisi juga saya tidak akan bisa kuliah bu,” ujarnya.

Sebelum masuk asrama IPB, ada kakak kelasnya yang bersedia “menampung”. Kedatangannya ke Bogor sebagai mahasiswa baru juga hasil dari “ngutang” ibunya di kampung, tambahnya.

Ketika ditanya kenapa tertarik masuk IPB, Jefri mengatakan selain ingin membuat ibunya bangga, Ia juga ingin menjadi peternak sapi. Menurutnya, daerah tempat tinggalnya sangat cocok untuk peternakan karena pakan alaminya melimpah. Dengan kesibukannya sekolah dan bekerja, lalu kapan Jefri belajar hingga selalu rangking dua selama SMA? 

“Setelah bekerja, saya mandi, shalat Maghrib, makan, shalat Isya lalu tidur. Jam dua pagi saya bangun untuk shalat Tahajud, setelah itu baru belajar hingga pagi,” tuturnya.

Rutinitasnya shalat tahajud (qiyamul lail) memudahkannya menjalani hidup dan menuntut ilmu. Siapa sangka, kini Jefri menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, dimana FKH IPB adalah salah satu fakultas kedokteran hewan ternama se Asia Tenggara. 

Dan jika ada rezeki dalam waktu enam tahun ke depan, Batang Kapas Pesisir Selatan akan memiliki Dokter Hewan dari IPB. Amiin (zul)

Easy Grow Kit, Perlengkapan Berkebun Praktis

Easy Grow Kit Indoflower
Easy Grow Kit di Serambi Botani Bogor
 Indoflower, salah satu anak perusahaan dari Bogor Life Science and Technology (BLST), Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki produk baru yakni Easy Grow Kit. Easy Grow Kit adalah perlengkapan berkebun praktis yang berfungsi sebagai media edukasi dan salah satu cara agar anak-anak makin cinta pertanian.

Salah satu gerai di Bogor yang menjual Easy Grow Kit adalah Serambi Botani IPB di Botani Square.

Easy Grow Kit terdiri dari media tanam, benih, pupuk dan petunjuk tanam. Benih yang disediakan adalah benih tanaman hias dan tanaman konsumsi. Satu Easy Grow Kit berisi satu buah pot, satu bungkus media tanam dan satu bungkus benih.

Ada sembilan benih yang sudah dijual yakni pepaya calina IPB, bunga matahari, rosella, bunga gomprena, rumput gandum, cabai hias unggara, cabai merah kencana, bayam hijau dan kangkung bamboo leaf.


Easy Grow Kit Rumput Gandum
Easy Grow Rumput Gandum
Gambar di atas adalah Easy Grow Kit Rumput Gandum. Rumput Gandum (Triticum sp.) merupakan tanaman semusim yang biasa tumbuh di daerah semusim. Selain menghasilkan bulir gandum (hasil pokoknya), daun, batang dan akarnya juga bermanfaat. Yakni sebagai suplemen yang kaya akan vitamin dan mineral. Tanaman ini memiliki masa panen yang relatif singkat. Hanya butuh waktu sembilan hari saja untuk menjadikan Rumput Gandum sebagai minuman suplemen.

Easy Grow Kit Bunga Kancing
Easy Grow Bunga Kancing

Gambar di atas adalah Easy Grow Kit Bunga Kancing (Gomphrena globosa). Bunga Kancing merupakan tanaman semusim yang berfungsi sebagai tanaman hias. Selain menjadi tanaman hias, bunga kancing ternyata memiliki khasiat sebagai anti stress dan hipertensi. Tanaman ini sangat cocok tumbuh di daerah tropis (panas dan lembab). Tanaman ini biasa tumbuh menyemak dengan bunga tersebar di setiap pangkal pucuk tanaman.


Thursday, December 24, 2015

Ketua BPC Perhumas Bogor dari IPB

Pengurus Perhumas Pusat dan Bogor
Pengurus Perhumas Pusat dan Bogor
Kepala Biro Hukum, Promosi dan Humas, Institut Pertanian Bogor (IPB), Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si dilantik menjadi Ketua Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hubungan Masyarakat (BPC Perhumas) Bogor di Ruang Sidang A, Balaikota Bogor (19/12/2015). Ir Yatri dilantik untuk masa kepengurusan tahun 2015-2020.

Perhumas adalah organisasi profesi para praktisi Humas dan Komunikasi Indonesia yang didirikan pada tanggal 15 Desember 1972. Sejarah lengkap Perhumas bisa di baca di http://bit.ly/1QY0HVl.

Pelantikan ini juga secara resmi membangkitkan kembali kiprah Perhumas Bogor yang mati suri sejak berdirinya. Kepesertaan Perhumas Bogor terdiri dari praktisi humas kota dan kabupaten Bogor.

Rapat koordinasi (rakor) pertama Perhumas digelar Hotel Salak The Heritage (23/12/2015). Dalam rakor, Sekertaris Daerah Pemerintah Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat mengatakan forum Perhumas Bogor ini berfungsi menjalin sinergitas kehumasan guna meningkatkan reputasi kota dan kabupaten bogor.

“Saya melihat dari peserta yang hadir adalah humas dari berbagai institusi. Ada yang pakai seragam mall, seragam bank, seragam tentara, polisi, media dan lainnya. Dengan adanya Perhumas ini kita bisa sinergikan infonya. Tidak simpang siur beritanya dan bisa dibaca serta dimengerti oleh masyarakat dengan baik,” ujarnya saat membuka rakor.

Pemkot dan pemkab bisa bergerak lebih sinergis, ini jadi jawaban kondisi kehumasan saat ini. Praktisi kehumasan akan lebih terampil dalam mensosialisasikan kegiatan institusinya.

“Lewat Perhumas, kita bisa infokan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bogor sebesar 670 milyar dan bisa diketahui pemanfaatannya kepada masyarakat. Sehingga muncul dukungan masyarakat terhadap setiap kegiatan. Oleh karena itu, mari sama-sama kelola opini publik degan baik, sehingga tidak ada pihak lain yang menggirng ke arah yang negatif,” tuturnya.

Sementara itu, dalam kesempatan ini, Ketua BPC Perhumas Bogor memaparkan nama-nama pengurus Perhumas Bogor dan rencana kegiatan tahun 2016.

“Tahun 2016, Perhumas akan mengadakan pertemuan rutin bulanan, menjalin kerjasama dengan beberapa pihak, menggelar pelatihan untuk meningkatkan kualitas praktisi kehumasan, mengisi slot di RRI Bogor dan TV Tegar Beriman,” ujarnya.(zul)





Wednesday, December 23, 2015

Norisa, Lulusan Bidikmisi yang Langsung Kerja Setelah Wisuda

Norisa, Lulusan Terbaik Fateta IPB
Sehari setelah mendapat kehormatan sebagai lulusan terbaik Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam Upacara Wisuda tahap III di Grha Widya Wisuda (16/12), Norisa Adhi Tina langsung memulai karirnya di perusahaan multi nasional. Ya, penerima beasiswa bidikmisi ini sudah mulai mencari kerja setelah proses penelitiannya selesai sampai menunggu sidang.

"Setelah selesai sidang bulan Juni, saya ikut proyek pengembangan padi sawah IPB 3S di Karawang Jawa Barat selama empat bulan. Motivasi saya mulai mencari kerja karena memang untuk persiapan saat beasiswa bidikmisi sudah habis masa waktunya, agar saya tetap survive hidup di Bogor. Seminimal mungkin tidak merepotkan ibu di rumah. Setelah selesai proyek di Karawang, saya terus mencari kerja di berbagai perusahaan. Alhamdulillah saya dapat panggilan di Nestle Indonesia setelah lolos melalui tahap recruitment. Sekarang ini masih tahap in class training," ujar peraih IPK 3,88 dengan predikat cumlaude ini.

Norisa memilih IPB karena sugesti dari kakak kandung yang sebelumnya sudah kuliah di Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) Fateta IPB. Ia juga ingin merasakan pengalaman tinggal dan kuliah di kota yang jauh dari kampung halaman supaya dapat meningkatkan kemandirian dan kemampuan diri serta bisa lebih survive dalam hidup. "Saya memilih Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB),” ujar dara asal Kediri Jawa Timur ini.

Norisa ikut serta dalam Program Beasiswa Bidikmisi karena ingin meringankan beban ibunya dalam membiayai kuliah. Karena saat itu ibunya juga harus membiayai kakaknya yang sedang kuliah.

"Ibu sudah menjadi single parent mulai dari saya kelas 3 SD, oleh karena itu saya mencoba mendaftar beasiswa Bidikmisi agar saya dapat tetap kuliah dan lancar melanjutkan pendidikan tinggi saya di IPB. Dan Alhamdulilah saya dapat beasiswa Bidikmisi," ujar Norisa yang dua kali menjadi mahasiswa berprestasi di Departemen TMB ini. Tidak hanya berprestasi di bidang akademik, Norisa juga berprestasi di bidang olahraga bola basket. (zul)



Empat Lulusan Terbaik IPB Desember 2015 adalah Mahasiswa Bidikmisi

Lulusan Terbaik IPB Desember 2015

"Fauqo Fitria, lulusan terbaik Fakultas Kehutanan IPB, berpose dengan wisudawan lainnya"

Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali mempersembahkan 800 lulusan terbaik pada wisuda tahap III tahun akademik 2015/2016, Rabu (16/12) di Grha Widya Wisuda, Kampus IPB Dramaga, Bogor. Diantara lulusan tersebut terdapat sembilan lulusan terbaik program sarjana dengan predikat cumlaude. Dari kesembilan lulusan terbaik, empat diantaranya adalah mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.

Sembilan lulusan terbaik IPB program sarjana adalah Dina Fitriana dari Fakultas Pertanian, Irene Kosim dari Fakultas Kedokteran Hewan, Mely Shara Bangun dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Ahmad Kosim dari Fakultas Peternakan, Fauqo Nurul Fitria dari Fakultas Kehutanan, Norisa Adhi Tina dari Fakultas Teknologi Pertanian, Auliansa Muhammad dari Fakultas Matematika dan IPA, Deni Rahmawati dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Veronica Yulia dari Fakultas Ekologi Manusia.

Empat lulusan terbaik yang juga mahasiswa bidikmisi adalah Ahmad Kosim dari Fakultas Peternakan (IPK 3,81), Fauqo Nurul Fitria dari Fakultas Kehutanan (IPK 3,80), Norisa Adhi Tina dari Fakultas Teknologi Pertanian (IPK 3,88) dan Deni Rahmawati dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen (IPK 3,79).

Fauqo, sapaan akrabnya Fauqo Nurul Fitria, Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan, berasal dari Kabupaten Malang yang berhasil menggapai cita-cita kuliah di perguruan tinggi pertanian terbesar di Asia Tenggara ini berkat program Bidikmisi. Bungsu dari tiga bersaudara ini merasa program Bidikmisi sangat berarti karena Bidikmisi adalah sumber dana utama untuk mencukupi kebutuhannya selama kuliah.

“Saya mengajukan beasiswa Bidikmisi karena setelah lulus SMA bapak membebaskan hidup saya selanjutnya. Namun saya ingin kuliah tapi bapak tidak menyanggupi membiayai karena bapak bekerja serabutan. Ini karena bapak sudah tidak muda lagi dan kami memang bukan dari keluarga yang mampu. Saat itu bahkan saya daftar ke IPB tanpa ijin bapak terlebih dahulu,” ujarnya.

Dana yang diterima dari Bidikmisi mencakup biaya kuliah dan biaya hidup. Dana sebesar 600 ribu rupiah per bulan digunakan Fauqo untuk memenuhi biaya hidupnya selama kuliah.

Fauqo Fitria, Mahasiswa Bidikmisi IPB“Sebenernya cukup tidak cukup. Saya merasa kadang pada suatu waktu uang tersebut dirasa kurang karena pada saat kuliah ada kegiatan praktik lapang atau fieldtrip yang membutuhkan dana lebih besar di luar rencana keuangan bulanan yang kita buat. Tapi tergantung mahasiswa yang memanage keuangannya. Saya sering menutupinya dengan mengurangi sekian persen pengeluaran sehari-hari. Dan jika tidak bisa, saya meminta bantuan keuangan terkadang dari saudara,” tutur gadis yang sudah tidak merasakan kasih sayang dari ibundanya sejak kelas 1 SD ini. Ibundanya meninggal karena sakit. Sejak itu, ayahnya lah yang mendidik dan merawat Fauqo dan kedua kakaknya.

Fauqo berharap jika dilihat dari harga-harga komoditas yang naik, dana Bidikmisi perlu dinaikkan. Saya merasa kasihan jika ada adik tingkat yang kekurangan, tambahnya.

Kini, Fauqo siap menyongsong masa depan yang lebih cerah setelah lulus IPB dengan predikat lulusan terbaik dari fakultasnya. Ditemani kakak keduanya, Fauqo merayakan hari kelulusannya di Grha Widya Wisuda Kampus IPB Darmaga. Selamat Fauqo, semoga jalan menuju kesuksesan selalu terbentang untukmu. (zul)




Tuesday, December 22, 2015

Praktisi Humas IPB Ikuti Pelatihan Jurnalisme Online dan Media Sosial

Pelatihan Jurnalisme Online dan Media Sosial IPB
Dua belas praktisi kehumasan di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengikuti Pelatihan Jurnalisme Online dan Media Sosial yang digelar oleh Biro Hukum, Promosi dan Humas (HPH) di Media Center Kampus IPB Darmaga (22/12). 

Dalam sambutannya, Kepala HPH, Ir. Yatri Indah Kusumastuti mengatakan praktisi humas harus memahami jurnalisme online dan bagaimana meng"counter" dampak negatif dari berita. 

Tujuan lainnya adalah peningkatan kapasitas dan ketrampilan pengelola web dan media sosial.

"Saat ini perkembangan internet dan media sosial begitu pesat. Praktisi kehumasan harus menguasai jurnalisme online dan media sosial untuk mempublikasikan capaian dan prestasi institusi serta mengantisipasi berita negatif yang timbul," ujarnya.

Instruktur Praktisi Kehumasan dan Media Online, Asep Syamsul M. Romli atau biasa disebut Kang Romel memaparkan Social Media Revolution dan melatih kemampuan jurnalistik online peserta. "Dampak media sosial sangat besar. Sembilan puluh persen sebuah produk terjual karena viral (saran dari teman)," terangnya.(zul/humas IPB)