Tuesday, January 5, 2016

Rendang Cap Tungku, Bekal Praktis ke Luar Negeri

Rendang Cap Tungku, Bekal Praktis ke Luar Negeri

Mengecap pengalaman di luar negeri adalah sesuatu yang didambakan oleh semua mahasiswa, apalagi yang memang memiliki cita-cita ingin melanjutkan studi di luar negara. Namun ada satu masalah mendasar yang sering dialami mahasiswa Indonesia saat menempuh studi di negara non muslim. Yakni susahnya mencari makanan yang halal, sesuai dengan lidah Indonesia dan harga yang terjangkau.

Saat melihat kawannya kerepotan dan bingung membawa bekal makanan yang halal untuk dibawa ke luar negeri, Royeka Pratama melakukan inovasi dengan meluncurkan Rendang Cap Tungku. Pada tahun 2014, mahasiswa dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor (IPB) memulai usahanya membuat rendang kemasan.

“Melihat permasalahan seperti itu saya lihat ada potensi untuk membuat rendang kemasan siap santap sebagai solusi bagi orang-orang yang ingin keluar negeri. Yang ingin tetap bisa makan yang halal, sesuai dengan lidah Indonesia dan harganya yang terjangkau. Ditambah lagi produk saya praktis, siap santap, tahan lama, tidak mengandung MSG dan tanpa pengawet buatan,” ujarnya.

Rendang Cap Tungku sangat cocok dan tepat untuk target pasar orang-orang yang mobilitasnya tinggi dan traveller sehingga untuk menyiapkan makanan tidak sempat tetapi tetap bisa sehat.

Pemberian label Rendang Cap Tungku menurutnya agar terlihat etnik dan mudah diingat. Selain itu proses produksinya memang menggunakan Tungku. Dari hanya satu varian yakni rendang daging, kini Roy (sapaan akrabnya) sudah memiliki tiga varian rendang yakni Rendang Daging, Rendang Jamur dan Rendang Jengkol.

Melalui proses sterilisasi dan vakum, Rendang Cap Tungku bisa tahan hingga 7 bulan. Untuk rendang daging Roy menjual dengan harga Rp. 70.000,- per 250 gram, rendang jamur dan rendang jengkol Rp. 35.000,- per 250 gram.

“Perkembangan usaha rendang kemasan ini bukan tanpa tantangan. Awal usaha saat saya sedang penelitian. Dikarenakan sambil menyelesaikan penelitian sehingga tidak terlalu fokus terhadap usaha, akibatnya penjualan rendang per bulan nya sangat rendah yaitu 40 boks.

Dan juga di awal-awal baru ada satu varian, yaitu rendang daging. Setelah penelitian selesai, yaitu diakhir tahun 2014, bisa sedikit lebih fokus ke usaha, yang dibuktikan dengan launching varian baru yaitu varian rendang jamur. 

Dan setelah mendapatkan Surat Keterangan Lulus yaitu bulan april 2015, saya bisa lebih maksimal fokus di usaha dibuktikan dengan penjualan rendang yang naik 10 kali lipatnya perbulan di banding di awal usaha, yaitu 400 pcs. Dan dua bulan yang lalu melaunching varian baru lagi yaitu rendang jengkol,” tuturnya.

Roy menawarkan produknya melalui reseller, online, dan modern market yaitu di carefour sebanyak 15 store & seven-eleven sebanyak 4 store. Kini omset rata-rata perbulannya Rp16,884,221,- dan karyawan yang membantu sebanyak 3 orang

“Saat ini saya sedang proses mengurus agen di California. Untuk kelanjutannya, target jangka pendek, saya ingin penjualan min 1000pcs/bulan, jangka menengah menjadi Perseroan Terbatas dan jangka panjangnya ingin konglomerasi seperti PT.Indofood,” ujarnya.(zul)

No comments:

Post a Comment