Monday, February 29, 2016

Potensi Kelapa Kopyor, Kelapa yang Hanya Ada di Indonesia

Kelapa Kopyor IPB 100% Kopyor
Bibit Kelapa Kopyor Hasil Persilangan
Indonesia punya kelapa kopyor yang harga jual buahnya sepuluh kali lebih mahal dibanding kelapa sayur. Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Sudarsono, Kelapa Kopyor hanya bisa ditemukan di Indonesia. Peluang ini jangan sampai hilang seperti yang terjadi pada kelapa lilin atau makapuno di Banten.

Kelapa kopyor mempunyai daging buah yang remah dan terlepas dari batoknya. Dalam kondisi yang optimum, daging buah yang terlepas dapat memenuhi rongga batoknya dan air kelapanya dikonversi menjadi daging buah. Dalam kondisi demikian, buah kelapa kopyor sudah tidak berisi air lagi.

Berangkat dari rasa tidak rela kalau kelapa kopyor akan mengalami hal yang sama dengan kelapa lilin dari Banten (hampir punah), maka Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Sudarsono secara intensif (sejak tahun 2011) melakukan riset tentang kelapa kopyor. Riset hasil kerjasama IPB dengan peneliti BalitPalma, Manado, praktisi dari Dishutbun Pati, Jawa Tengah, dan Disbun Lampung Selatan, Lampung, serta petani penangkar bibit kelapa kopyor lokal berupaya memecahkan masalah dan mengembangkan potensi kelapa kopyor Indonesia.

Prof. Sudarsono mengatakan permasalahan budidaya kelapa kopyor Indonesia saat ini dikelompokkan menjadi empat, yaitu: Persentase hasil buah kopyor yang rendah, Kualitas bibit kopyor yang dikembangkan oleh petani penangkar bibit masih kurang, serangan hama kumbang badak (kwang wung) dan kumbang sagu (tembirang), dan Ketersediaan varietas unggul kelapa kopyor hasil persilangan terkontrol yang dikembangkan oleh IPB, BalitPalma, atau institusi lainnya di Indonesia.

Produksi kelapa kopyor di tingkat petani masih rendah. Ini dikarenakan petani penghasil buah kopyor menanam kelapa kopyor diantara tanaman kelapa sayur.

“Hasil buah kopyor yang didapat petani hanya berkisar antara 6-8 buah kopyor per pohon per tahun, yang seharusnya bisa 2-3 kali lipat dari angka tersebut. Praktek penanaman 100% pohon kopyor dan eliminasi pohon kelapa sayur dari pertanaman campuran nyata meningkatkan persentase buah kopyor hingga mencapai 25% dengan mengurangi dampak negatif xenia,” ujarnya.

Pemberian campuran pupuk kandang 25 kg dan pupuk NPK 1 kg per tahun dan penyiraman di saat musim kemarau berkepanjangan juga berpengaruh positif karena menurunkan munculnya fenomena “nglakani” di lapangan. Nglakani adalah bunganya banyak tetapi tidak menghasilkan buah kelapa.

Anjuran menanam 5-10 pohon kelapa kopyor hasil kultur jaringan diantara 50-100 batang pohon kelapa kopyor milik petani mampu meningkatkan persentase buah kopyor yang dipanen hingga menjadi 50%. Selain itu, kombinasi budidaya lebah madu diantara kelapa kopyor meningkatkan keberhasilan penyerbukan dan jumlah buah dipanen per tandan serta tambahan hasil madu lebah yang dipanen.

Kelapa Kopyor 100% Kopyor
Prof. Sudarsono memberikan kelapa kopyor kepada Rektor IPB
“Kita berharap ke depannya kelapa kopyor Indonesia dapat meraih posisi sebagaimana kelapa Makapuno Filipina. Dengan berbagai teknologi budidaya yang dikembangkan, kelapa kopyor Indonesia harus mampu mencapai posisi yang sama atau lebih tinggi dari kelapa Makapuno Filipina sehingga meningkatkan kesejahteraan petani. Kerjasama antar institusi yang telah ada perlu terus dikembangkan,” pungkas Sudarsono.(zul)

Kelapa Kopyor IPB 100% Kopyor

Prof. Sudarsono Menunjukkan Kelapa Kopyor Genjah Pati
Kelapa Kopyor Genjah Pati
Kelapa Kopyor seringkali dianggap sebagai kelapa gagal. Dalam satu tandan kelapa, biasanya dipanen satu sampai tiga buah kelapa kopyor. Tapi tahukah anda, kelapa kopyor ini banyak diincar para penikmat es buah?

Rasanya yang renyah dan gurih tetapi lembut mirip kelapa muda, membuat es sirop yang diberi kelapa kopyor menjadi lebih nikmat. Dipasaran, kelapa biasa hanya dihargai Rp. 4.500,- per butir. Sedangkan kelapa kopyor saat ini mencapai Rp. 45.000,- per butir (harga di petani Pati, Jawa Tengah, Februari 2016).

Petani biasanya menggunakan jasa tukang totok untuk memanen buah kelapa, mana yang kopyor dari tandannya.

Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Sudarsono, melalui teknik kultur jaringan dan melalui persilangan terkontrol berhasil menciptakan teknologi untuk penyediaan bibit kelapa kopyor dengan jaminan pasti menghasilkan buah kopyor. Untuk bibit hasil kultur jaringan, seluruh bibitnya 100% bibit kopyor dan setiap tandannya 100% buah kopyor. 

Bibit Kelapa Kopyor Kultur Jaringan
Bibit Kopyor Kultur Jaringan dan Silangan (ada lingkaran biru)
Harga bibit hasil kultur jaringan masih relatif mahal (Rp. 1.250.000 per bibit). Sedangkan untuk bibit hasil silangan, seluruh bibitnya 100% bibit kopyor tetapi setiap tandannya maksimum mencapai 25% buah kopyor. Harga bibitnya relatif murah, yaitu hanya Rp. 150 ribu per bibit. 

Di tingkat petani, bibit kelapa kopyor yang dijual tercampur dengan bibit kelapa sayur sebesar 25%, sehingga tidak murni bibit kopyor. Selama lima tahun, guru besar Departemen Agronomi dan Hortikultura ini, bersama tim peneliti Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma), Manado, berkutat meneliti kelapa kopyor dan mengembangkan berbagai teknologi terkait kelapa kopyor.

“Kelapa kopyor yang merupakan kelapa asli Indonesia ini daging buahnya mengalami mutasi dari kelapa aslinya, karena bisa lepas dari batoknya secara alami tanpa harus dikerok. Selain itu, jika kelapa muda atau degan dipanen pada usia muda maka kelapa kopyor yang dikembangkan ini dipanen dalam usia tua (10 bulan) dengan daging buah yang renyah dan rasa seperti kelapa muda,” ujarnya.(zul)

Thursday, February 25, 2016

Kelapa Lilin atau Makapuno yang Terlupakan

Prof. Sudarsono IPB, Penemu Varietas Kelapa Kopyor Genjah
Prof. Sudarsono, Guru Besar IPB Penemu Varietas Kelapa Kopyor Genjah

Guru Besar Bioteknologi Tanaman, InstitutPertanian Bogor (IPB) Prof. Sudarsono mengatakan Filipina berhasil mengkapitalisasi produk kelapa yakni kelapa Makapuno. Kelapa Makapuno adalah kelapa mutan dengan daging buah menyerupai jeli atau agar-agar. Kelapa Makapuno mempunyai nilai ekonomi jauh lebih tinggi dibandingkan kelapa sayur.

Pada tahun 2010, Filipina mampu mengekspor produk kelapa Makapuno ke Amerika, Kanada dan Australia dengan nilai 68 juta Peso. Tahun 2013, kebutuhan untuk ekspor ke Amerika Serikat saja mencapai 1.67 juta butir sehingga dampak positif budidaya kelapa Makapuno mampu mensejahterakan petani Filipina.

Kelapa Lilin atau Macapuno yang Terlupakan
Kelapa Macapuno, foto : www.marketmanila.com
Yang kita tidak banyak tahu adalah kelapa Makapuno ternyata telah ada di daerah Banten dan telah dibudidayakan secara turun temurun oleh masyarakat Banten. Makapuno asal Banten ini disebut kelapa lilin karena daging buahnya mirip lilin meleleh akibat kepanasan,” ujarnya.

Kita bisa saja mempunyai barang yang sama, tetapi belum tentu bisa mengkapitalisasi dan mengembangkannya menjadi produk unggulan, meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara melalui ekspor produk unggulannya.

Kelapa Lilin yang eksis di Banten, dari dulu hingga sekarang tidak pernah digarap. Konsumen tetap sulit menemukan kelapa lilin karena jumlahnya terbatas. Sebaliknya, Filipina mampu secara berkelanjutan mengembangkan ekspor berbasis kelapa Makapuno sehingga mendatangkan banyak devisa, tambahnya.


Wednesday, February 24, 2016

Saksikan Gula Cair dari Kulit Singkong LIVE di Metro TV Hari ini

Gula Cair Kulit Singkong Karya Mahasiswa IPB
Gucakusi saat diliput Metro TV
Gula Cair Kulit Singkong (Gucakusi) karya mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali membahana di layar kaca. Kali ini di Program Good News Today Metro TV.

Program baru dari stasiun televisi swasta kita ini memuat temuan, inovasi atau kegiatan-kegiatan masyarakat yang memberitakan hal-hal positif. Good News Today tayang setiap hari Senin-Jumat pukul 15.30-16.30 WIB.

Beberapa waktu lalu, Good News Today sudah meliput temuan IPB lainnya seperti Indorempah karya Alfi Irfan (Pemenang Youth Sociopreneur di Singapura), Jambu Kristal di Agribusiness Development Station (ADS) IPB, Gula Cair dari Kulit Singkong karya Galih Nugraha dan tim serta Krim Penyembuh Luka dari Chitosan karya Kaisar dan tim.

Nah, untuk Gula Cair dari Kulit Singkong (Gucakusi), hari ini tim mahasiswanya di undang untuk hadir di Program Good News Today LIVE di Metro TV. So, jangan sampai kelewatan ya, ayo kita saksikan karya anak bangsa ini.






Tuesday, February 23, 2016

Varian Baru Cajuput Candy, Permen Kayu Putih Rendah Gula


Prof. Hanny Wijaya, Guru Besar IPB
Prof. Hanny Wijaya, Guru Besar IPB
Setelah sukses dengan inovasi permen cajuput (kayu putih), Prof. Hanny Wijaya Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan Cajuput Candy rendah gula. Permen ini memiliki aktivitas fisiologis sebagai penjaga homeostasis mulut.

Produk ini adalah varian baru dari produk Cajuput Candy Original yang terpilih dalam inovasi Indonesia 103 dan sudah dikomersialisasikan hingga saat ini.

Permen ini mengandung komponen bioaktif terstandar yang mencegah pembentukan biofilm oleh Streptococcus mutans dan menekan viabilitas Candida albicans sehingga berpotensi menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Jadi selain sebagai pangan fungsional pelega tenggorokan, permen ini juga berperan sebagai oral health care.

Cajuput candy original sendiri merupakan permen yang memiliki cita rasa yang "unik" dan khas Indonesia, menyegarkan dan melegakan tenggorokan serta aman dikonsumsi dan praktis. Komposisinya terdiri dari sukrosa, glukosa dan bahan tambahan cita rasa (flavor) yaitu campuran ekstrak kayu putih dan peppermint.

Sedangkan komposisi Cajuput sugar free candy adalah isomalt dan acesulfam K sebagai pengganti sukrosa dan glukosa serta bahan tambahan cita rasa (flavor) yang terdiri dari ekstrak kayu putih, ekstrak peppermint, perisa buah dan susu.

Cajuput Candy Rendah Gula
Cajuput Candy Rendah Gula

"Varian baru non sukrosa ini memiliki kemampuan menjaga keseimbangan mikroflora mulut. Tujuannya untuk mencari pangsa pasar yang lebih luas yakni konsumen yang kurang suka rasa "herbal" yang kuat namun tetap ingin mendapatkan manfaat dari permen ini," ujarnya.

Karena memiliki cita rasa yang unik dan khas, Cajuput candy dapat dijadikan oleh-oleh (cenderamata) Indonesia. Dan meningkatkan upaya pemanfaatan minyak atsiri khas Indonesia serta pengembangan produk pangan yang bermanfaat untuk kesehatan manusia.

Cajuput Candy Khas Indonesia
Cenderamata berupa Cajuput Candy khas Indonesia

Friday, February 12, 2016

Mahasiswa IPB Raih Medali Emas Berkat Gula Cair dari Kulit Singkong


Gula Cair Kulit Singkong IPB
Gucakusi Raih Golden Medal di Macau
Indonesia termasuk 5 negara penghasil singkong terbesar di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014 tingkat produksi singkong nasional mencapai 23.458.128,00 ton. Pengolahan singkong akan menghasilkan limbah yang jumlahnya cukup besar. Persentase kulit singkong yang dihasilkan berkisar antara 15-20% dari berat umbi, dengan persentase lapisan periderm sebesar 0,5-2% dan kulit bagian dalam (corteks) berwarna putih mencapai 8-19,5%.

Kulit singkong yang diperoleh dari tanaman singkong (Manihot esculenta) merupakan limbah agroindustri seperti industri tepung tapioka, industri fermentasi, dan industri produk makanan. Industri pengolahan umbi singkong tersebut menghasilkan kulit singkong yang pada umumnya dibuang sebagai limbah. Saat ini pemanfaatan kulit singkong segar sebagai pakan ternak hanya dilakukan dalam jumlah yang terbatas, karena bila diberikan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan keracunan akibat adanya sianida (HCN) yang dapat menyebabkan kematian.

Berangkat dari konsep zero waste, empat mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mengolah limbah kulit singkong menjadi gula cair. Mereka adalah Farauq Arrahman, Galih Nugraha, Putri Vionita (ketiganya dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen) dan Abdul Azis, (Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian). Dalam Event Macau Internasional Innovation dan Invention Exhibition (MIIIE) 2015, Tim Gucakusi memperoleh pencapaian yang membanggakan yakni memperoleh Golden medal dan tiga special Award.

Gula Cair dari Kulit Singkong IPB
Behind the scene Laptop Si Unyil : Kreasi Anak Negeri
Proses pembuatan gula cair dari pati kulit singkong yang pertama adalah pengenceran kulit (“diblender”), setelah itu bubur kulit singkong dimasukkan sejumlah enzim alfa-amilase. Selanjutnya tahap sakarifikasi dengan cara pati yang telah terpecah menjadi dekstrin selanjutnya didinginkan dari suhu 105oC menjadi 60oC, kemudian dimasukan ke dalam toples kaca sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase.

Setelah melalui proses sakarifikasi kemudian masuk ke dalam proses pemucatan dengan arang aktif. Tahap selanjutnya, dilakukan penyaringan dan proses penguapan (Evaporasi) untuk memekatkan hasil gula cair dari 30-35 brix sampai 43-80 brix. Gula pasir kurang lebih 90 brix.

Hasilnya gula cair dari kulit singkong mengandung energi sebesar 106 kilo kalori sementara gula pasir mengandung energi sebesar 364 kkal/100 g. Sedangkan gula aren mengandung energi sebesar 368 kkal/100 g dan untuk gula kelapa yaitu dengan kalori 386 kkal/100g. Bahan pemanis lain yang biasa digunakan yaitu madu memiliki kalori 294 kkal/100 g.

Gula cair dari kulit singkong mengandung energi yang lebih rendah yaitu kurang dari sepertiga dari energi yang terdapat dalam gula pasir. Dari hasil uji komposisi gula menggunakan metode HPLC, komposisi gula cair dari kulit singkong memiliki kandungan fruktosa sebesar 4677.21 mg/1000 g, glukosa sebesar 24.62 mg/1000 g, maltosa 0.11 mg/1000 g.

Hal ini menunjukan bahwa gula cair yang terbuat dari kulit singkong menggunakan metode hidrolisis enzimatis dengan bantuan enzim alfa-amilase dan enzim amiloglukosidase merupakan gula cair fruktosa yang rendah kalori yaitu sebesar 106 kkal/100 g.

“Sehingga gula cair ini dapat digunakan untuk penderita diabetes yang menginginkan minuman manis. Selain itu kandungan lemak gula cair dari kulit singkong ini lebih rendah dibandingkan dengan gula kelapa sehingga dapat menjadi alternatif penggunaan gula selain gula kelapa. Gula cair dari kulit singkong cocok digunakan untuk diet karena kandungan kalorinya yang rendah yaitu 106 kkal/100 g,” ujar Galih.

Produk inovasi tim IPB ini diberi nama “GUCAKUSI” yakni produk inovasi berupa gula cair yang terbuat dari limbah kulit singkong. Gucakusi memiliki empat jenis produk yang ditargetkan pada pasarnya masing - masing. Pertama, gula cair dikemas dalam botol besar untuk ibu rumah tangga. Kedua , gula cair dikemas dalam botol untuk traveller. Ketiga, gula cair dikemas dalam sachet untuk produk instan. Keempat, gula cair dikemas dalam jumlah besar (barrel). Produk inovasi dilengkapi masterplan untuk socialbisnis kerjasama dengan pengelola pabrik aci singkong di desa Ciluar. Selain itu produk ini dalam proses pematenan oleh DJHKI.

Inovasi ini sudah ditayangkan diberbagai media massa nasional dan lokal baik cetak maupun elektronik. baca : Gucakusi Membahana di Layar Kaca. (zul)

Gula Cair dari Kulit Singkong Karya Mahasiswa IPB Membahana di Layar Kaca


Gula Cair dari Kulit Singkong Karya Mahasiswa IPB
Berkat karyanya mengolah limbah kulit singkong menjadi gula cair, empat mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) kini sering tampil di layar kaca. Sebut saja TV One, Metro TV, Antara TV, Berita Satu, NET TV, Laptop Si Unyil, Trans TV, Viva News dan lain-lain.

Mereka adalah Farauq Arrahman, Galih Nugraha, Putri Vionita (ketiganya dari Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen) dan Abdul Azis, (Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian). Produk inovasi tim IPB ini diberi nama “GUCAKUSI” yakni produk inovasi berupa gula cair yang terbuat dari limbah kulit singkong.

Gula cair ini dapat digunakan untuk penderita diabetes yang menginginkan minuman manis. Selain itu kandungan lemak gula cair dari kulit singkong ini lebih rendah dibandingkan dengan gula kelapa sehingga dapat menjadi alternatif penggunaan gula selain gula kelapa. Gula cair dari kulit singkong cocok digunakan untuk diet karena kandungan kalorinya yang rendah yaitu 106 kkal/100 g.

Dalam Event Macau Internasional Innovation dan Invention Exhibition (MIIIE) 2015, Tim Gucakusi memperoleh pencapaian yang membanggakan yakni memperoleh Golden medal dan tiga special Award.

Gula Cair dari Kulit Singkong Karya Mahasiswa IPB
Gula Cair dari Kulit Singkong Karya Mahasiswa IPB

Gula Cair dari Kulit Singkong Karya Mahasiswa IPB
Tim Gucakusi Mendapatkan Golden MEdal di Macau


Berikut link videonya :

TV ONE : http://bit.ly/1QvrlRN
BERITA SATU part 1 : http://bit.ly/1owfyfD 
BERITA SATU part 2 : http://bit.ly/1PqnSWX 
BERITA SATU part 3 : http://bit.ly/1QaPT24 
BERITA SATU part 4 : http://bit.ly/20YOsM3
VIVA NEWS : http://bit.ly/1owg0uj
NET TV : http://bit.ly/1TfOBcu
TRANS TV : http://bit.ly/1Whg8IC

LAPTOP SI UNYIL : Tayang tanggal 22 Desember 2015 (video unavailable #kata Youtube). Tapi foto behind the scene nya ada (dari facebooknya Galih Nugraha). Selasa depan, Metro TV dengan program barunya GoodNews Today akan liput Gucakusi. Mantapsss.

Gula Cair dari Kulit Singkong Karya Mahasiswa IPB
Kru di belakang layar Laptop Si Unyil selfi bareng Tim Gucakusi


Thursday, February 11, 2016

Botani Seed, Sediakan Benih Unggul IPB

Botani Seed IPB
Botani Seed IPB 
Sejak dua tahun lalu, tepatnya bulan Juli 2014, Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki unit bisnis baru yang dinamakan Botani Seed. Di bawah naungan PT. Bogor Life Science and Technology-Holding Company of IPB, Botani Seed bergerak pada bidang perbenihan dan pembibitan. Benih yang di produksi dan dipasarkan adalah benih Inovasi terbaik dari IPB dan berfokus pada benih Hortikultura dan benih Tanaman pangan.

Benih inovasi IPB yang sudah dikomersialisasikan adalah benih papaya Calina IPB 9, benih cabai Anies IPB, Benih cabai SSP IPB, benih cabai hias Ungara IPB, benih cabai Seloka IPB, Benih Tomat Tora IPB. Dan benih yang dalam tahap komersialisasi adalah benih padi IPB 3 S dan benih padi IPB 4 S. Benih Padi IPB 3S akan diluncurkan sekitar bulan Agustus 2016.

Benih Unggul IPB
Benih unggul yang ada di Botani Seed

Botani Seed IPB akan selalu konsisten untuk terus komersialisasi benih IPB yang potensial di pasar. Sudah banyak benih unggul yang dihasilkan IPB. Sangat disayangkan apabila tidak sampai kepada masyarakat luas. Untuk itu Botani Seed IPB mengambil peran sebagai produsen benih Inovasi IPB.

Targetnya Botani Seed ingin menguasai market share pepaya Calina IPB 9 di Indonesia sebesar 3 % pada tahun 2014 dan 10 % pada tahun 2015. Tahun 2017 market share padi IPB diharapkan mencapai 5 % di Indonesia dan akan bertambah setiap tahunnya.
Botani Seed terus menjaga kedekatan dengan petani dan pemulia. Alasannya karena sumber benih dan sumber produksi berada pada pemulia dan petani. 

Agar Botani Seed semakin dikenal oleh masyarakat luas, tim manajemen selalu mengikuti pameran setidaknya lima kali dalam setahun. Yang pasti Botani Seed ingin perantara untuk pemulia yang ada di IPB dan petani yang ada di seluruh Indonesia agar IPB tidak lagi menjadi Menara Gading.
Benih Unggul IPB
Benih yang dibeli penulis

Botani Seed didirikan dengan mengemban Visi “Menjadi Perusahaan Benih Global yang Mengkomersialisasikan Benih Inovasi Terbaik IPB” dan Misi memberi pelayanan benih terbaik, menghasilkan benih Inovatif dan bermanfaat untuk masyarakat, menjadikan pembeli adalah mitra dan meningkatkan produk dan fokus produksi hasil dari benih IPB.

Untuk mendapatkan benih unggul IPB, Anda dapat menghubungi Yane di 085778695490 ataua Bambang Sutrisno (Manager Botani Seed IPB) di 085714473745/085217874231. Anda juga bisa membuka website Botani Seed.

Wednesday, February 10, 2016

Lulusan IPS Bisa Masuk IPB

Andika Sunyoto, diambil dari profilnya di facebook
Andika Sunyoto, lulusan SMA Kornita Kampus IPB Darmaga dari jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPB) ini berhasil mengenyam pendidikan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Setelah lulus dari bangku sekolah menengah atas, Andika memberanikan diri mendaftar ke IPB melalui jalur tulis (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN).

“Saya sebenarnya ingin masuk jurusan ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen karena sesuai dengan latar belakang saya yang dari IPS. Namun alhamdulillah saya bisa masuk IPB walaupun bukan sesuai dengan bidang saya,” ujar Andika.

Tantangan terbesar bagi lulusan IPS agar bisa mengikuti perkulian di IPB adalah saat masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Untuk itu, Andika mensiasatinya dengan ikut bimbingan belajar agar bisa mengikuti perkuliahan di TPB yang mayoritas mata kuliahnya dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Selama menempuh pendidikan di IPB, putra sulung dari Taryono (Staf Unit Keamanan Kampus IPB) ini mengatakan tidak ada kendala yang berarti. Andika sudah ujian sidang (ujian akhir sebelum dinyatakan lulus) bulan Agustus tahun lalu. Andika melakukan penelitian terkait jangkrik sebagai pakan hewan.

Pesan saya untuk teman-teman yang lain dari Lingkar Kampus IPB dan lulusan IPS, jangan malu kalau kita berasal dari desa lingkar kampus. Dan jangan minder kalau kita berasal dari IPS. Kita hanya perlu nekat dan usaha. 

"Toh nyatanya kami yang dari IPS pun bisa mengikuti perkuliahan di IPB,” ujarnya.

Di kesempatan yang sama, orang tua mengatakan saat ini masyarakat dari Desa Lingkar Kampus masih memiliki anggapan yang keliru. Mereka menganggap IPB adalah perguruan tinggi negeri yang mapan sehingga biaya kuliahnya mahal.

“Alhamdulillah anak saya bisa kuliah di IPB. Dengan kuliah di IPB saya tidak perlu lagi menanggung biaya kost-kostan dan biaya makan. Selain itu, dengan sistem subsidi silang yang diberlakukan di IPB, anak seorang petugas keamanan dengan gaji pas-pasan seperti saya bisa mengkuliahkan anaknya. Orang tuanya tidak mampu tetapi anaknya berprestasi, IPB pasti akan membantu. Cuma sayangnya belum banyak warga lingkar kampus yang tahu, belum mencoba sudah takut duluan,” ujar pria yang sudah mengabdi di IPB selama 29 tahun ini.(zul)















Friday, February 5, 2016

Teknologi IPB Prima, Kembalikan Kesuburan Tanah dengan Jerami

Dr. Sugiyanta, Penemu Teknologi IPB Prima
Dr. Sugiyanta, Penemu Teknologi IPB Prima
Varietas PTB IPB 3S dan IPB 4S telah dilepas pada tahun 2012 dengan potensi hasil 11,23 ton dan 10,56 ton/ha. Beberapa hasil penelitian di Kabupaten Karawang Jawa Barat dan Klaten Jawa Tengah menunjukkan hasil yang tinggi. 

Hasil riil 7,1 ton/ha (sugiyanta dan Tri Herdiyanti 2013) GAP belum sesuai. Hasil ubinan 9,8 ton/ha (Sugiyanta, Show Window, Karawang, 2014). Hasil ubinan 10,4 ton/ha (Sugiyanta, Rahayu, Herdiyanti, 2014, IPTEK, Cimalaya Karawang, Jawa Barat). 

Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, IPB menggunakan teknologi IPB Prima dalam menanam padi varietas IPB 3S dan 4S. Teknologi IPB Prima merupakan perbaikan kesuburan tanah dengan pengembalian jerami ke lahan dengan aplikasi pupuk hayati IPB-Bio. 
Pemanfaatan Jerami dalam Teknologi IPB Prima
Jerami setelah proses panen padi
“Selama ini jerami sisa panen suka dibakar, ditumpuk untuk musim depan atau bahkan di jual. Padahal jerami mengandung unsur N, P2O3, K2O, S dan Si,” ujar Dr. Sugiyanta saat presentasi di IICC beberapa bulan lalu. 

IPB Bio sendiri merupakan bakteri dekomposer untuk membantu dekomposisi jerami. Bakteri ini mampu menambat N, melarutkan P dan K, agen hayati menekan patogen, PGPR untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Cara pemakaiannya dengan diinkubasikan pada pupuk organik.

Berdasarkan hasil pengamatan sekolah lapang petani, tanah dengan pembenaman jerami memiliki solum yang dalam, lebih lunak dan warnanya lebih gelap dibandingkan dengan tanpa pembenaman jerami. Tanah dengan pembenaman jerami lebih banyak gulma tetapi juga lebih banyak musuh alami untuk hama dan penyakit padi. Tingkat serangan hama dan penyakit lebih rendah dibanding tanpa pembenaman jerami.

Lalu bagaimana aplikasinya? Berikut caranya:

Pembenihan : Benih diseleksi dengan larutan garam hingga telor terapung, benih yang melayang dan terapung dibuang dan yang tenggelam dicuci dengan air bersih, direndam 24 jam, diinkubasikan pada karung basah 48 jam kemudian disemai.

Penanaman : Umur bibit 14-17 hari. Jarak tanam terbaik adalah 30 x 10 cm dengan populasi sekitar 333.000 tanaman/ha atau legowo 2:1, 40 x 20 x 10 cm dengan 3-4 bibit per lubang tanam.

Pemupukan : aplikasi pupuk bioorganik 300-500 kg/ha sebelum tanam. Aplikasi NPK 15-15-15 dengan dosis 150 kg/ha ditambah urea 100 kg/ha pada 7 hari setelah tanam. Aplikasikan NPK 15-15-15 dengan dosis 100 kg/ha ditambah urea 50 kg/ha pada 3 minggu setelah tanam. Aplikasikan 100 kg NPK 15-15-15 6 minggu setelah tanam. Aplikasikan pupuk silika cair pada 2 MST dan MST .5 l/ha/aplikasi.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman : Gunakan sistem pengendalian biodinamik dan terpadu. Benamkan jerami saat pengolahan tanah minimal 3 minggu sebelum tanam untuk menumbuhkan musuh alami. Amati dan ambil telur penggerek batang dan wereng di pesemaian. Pengamatan intensif hingga padi umur 1 bulan. Pilih dan aplikasikan pestisida yang tepat dan rasional. 

Pengendalian gulma : Sebaiknya menggunakan gasrok atau weeder yang memungkinkan putus akar. Pengairan : buat kemalir drainase untuk pengeringan dan pencegahan genangan berlebihan. Pengairan intemiten basah-kering dan kondisi macak-macak lebih baik dari pada tergenang. Kemalir drainase sangat penting untuk padi musim hujan, padi varietas IPB 3S apabila kelebihan air cenderung mudah rebah.

Panen dan pasca panen : Waktu panen malai masak kuning, bulir menguning, pangkal malai kuning segar sekitar 87 hari setelah pindah tanam. Pemanenan dilakukan dengan sabit dan dirontok dengan mesin perontok (threser) karena sifat rontoknya yang sedikit kuat. Jerai ditinggalkan di lahan untuk dikembalikan ke lahan.

Sumber : Presentasi Dr. Sugiyanta dalam Seminar Hasil-Hasil Penelitian-LPPM IPB di IICC, Bogor.



Thursday, February 4, 2016

Padi Varietas Unggul IPB dan Ciri Khasnya

Dr.Ir. Hajrial Aswidinoor, Penemu Varietas Unggul IPB
Dr.Ir. Hajrial Aswidinoor, Penemu Varietas Unggul IPB
Empat tahun lalu, IPB resmi meluncurkan beberapa varietas padi unggul. Padi varietas unggul ini cocok ditanam di lahan rawa dan persawahan. Varietas padi untuk lahan sawah adalah IPB 3S dan IPB 4S. sedangkan varietas padi untuk lahan rawa adalah IPB Batola 5R, IPB Batola 6R, dan IPB Kapuas 7R.

Varietas yang diluncurkan ini dikembangkan oleh Dr.Ir. Hajrial Aswidinoor dan kawan-kawan. Peluncuran varietas padi dilakukan di Kampus IPB Baranang Siang, Bogor.

Setiap varietas padi memiliki ciri khas dan keunggulan masing-masing. Lima varietas padi unggul IPB beserta ciri khas dan keunggulannya adalah :

1. IPB Batola 5R (Jenis padi rawa)
  • Umur tanaman : +116 hari
  • Bentuk gabah : ramping
  • Jumlah gabah per malai : + 183 butir
  • Rata-rata hasil panen : 4,3 ton/ha
  • Potensi hasil panen : 5,3 ton/ha
  • Berat 1.000 butir : 23,9 gram
  • Tekstur nasi : pulen
  • Keunggulan : agak tahan terhadap wereng batang coklat, tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII, baik ditanam di lahan rawa.
2. IPB Batola 6R (Jenis padi rawa)
  • Umur tanaman : +117 hari
  • Bentuk gabah : ramping
  • Jumlah gabah per malai : + 186 butir
  • Rata-rata hasil panen : 4,2 ton/ha
  • Potensi hasil panen : 4,9 ton/ha
  • Berat 1.000 butir : 25,1 gram
  • Tekstur nasi : pulen
  • Keunggulan : agak tahan terhadap penyakit blas (ras 033 dan ras 133), tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, baik ditanam di lahan rawa.
3. IPB Kapuas 7R (jenis padi rawa)
  • Umur tanaman : +112 hari
  • Bentuk gabah : ramping
  • Jumlah gabah per malai : + 211 butir
  • Rata-rata hasil panen : 4,5 ton/ha
  • Potensi hasil panen : 5,1 ton/ha
  • Berat 1.000 butir : 24 gram
  • Tekstur nasi : pulen
  • Keunggulan : agak peka terhadap wereng batang coklat biotipe 1, peka terhadap wereng batang coklat biotipe 2 dan biotipe 3, tahan terhadap penyakit blas (ras 033), agak tahan terhadap penyakit blas (ras 073) dan hawar daun bakteri patotipe III, baik ditanam di lahan rawa.
SK Menteri Pertanian
4. IPB 3S (jenis padi sawah)
  • Umur tanaman : +112 hari
  • Bentuk gabah : medium (agak gendut)
  • Jumlah gabah per malai : + 223 butir
  • Rata-rata hasil panen : 7 ton/ha
  • Potensi hasil panen : 11,2 ton/ha
  • Berat 1.000 butir : 28,2 gram
  • Tekstur nasi : pulen
  • Keunggulan : tahan terhadap tungro, baik ditanam di lahan irigasi atau tadah hujan (0-600 mdpl).
5. IPB 4S (jenis padi sawah)
  • Umur tanaman : +112 hari
  • Bentuk gabah : medium (agak gendut)
  • Jumlah gabah per malai : + 218 butir
  • Rata-rata hasil panen : 7 ton/ha
  • Potensi hasil panen : 10,5 ton/ha
  • Berat 1.000 butir : 27,6 gram
  • Tekstur nasi : pulen
  • Keunggulan : tahan terhadap Tungro, agak tahan terhadap hawar daun (bakteri patotipe III), dan baik ditanam di lahan irigasi atau tadah hujan (0-600 mdpl).
Produksi bibit padi varietas IPB 3S
Produksi bibit padi varietas IPB 

Monday, February 1, 2016

Tiga Tipe Burung Yang Perlu Anda Ketahui

Burung Julang SUlawesi, Lambang Kesetiaan
Burung Julang Sulawesi Aceros cassidix, Lambang Kesetiaan
Indonesia kini tercatat memiliki 1.672 spesies burung. Menempati peringkat pertama di Asia dan peringkat keempat di dunia, setelah negara Kolombia, Peru, dan Brasilia.  Sedangkan untuk tingkat endemisitasnya, Indonesia memiliki peringkat pertama di dunia.

Di antara 1.672 spesies burung Indonesia tersebut, 21 spesies telah dimasukkan dalam kategori kritis (critically endangered), 34 spesies tergolong genting (endangered), sementara 81 spesies lainnya masuk dalam kelompok rentan (vulnerable).

Menurut Pakar Burung Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr.Ir. Mardiastuti, ada tiga karakter atau tipe burung di Indonesia. Yakni tipe avoiders (menghindari keramaian atau menghindari manusia), tipe adapters (mudah beradaptasi dengan lingkungan) dan tipe ekspoiters (burung ini sangat suka dengan keberadaan manusia).

Tipe Avoiders
Trulek Jawa Vanellus macropterus, punah sejak tahun 1940
Trulek Jawa Vanellus macropterus
Jika spesies burung avoiders yang terancam punah ini tidak dikelola dengan baik, spesies-spesies ini dikhawatirkan akan punah. Seperti yang terjadi pada Trulek jawa Vanellus macropterus, yang punah sejak tahun 1940an.

Contoh burung tipe avoider adalah burung Julang Sulawesi Aceros cassidix (gambar paling atas). Kalau ke hutan dan anda masih menemukan burung ini, maka kondisi hutan tersebut masih bagus. Burung ini, termasuk dalam spesies Rangkong, sangat setia dengan habitat dan pasangannya. 

Burung Julang betinanya ada di dalam pohon yang ditutup dengan tanah liat. Setiap hari Burung Julang jantan akan datang untuk mengantarkan makanan.

Karena tabiatnya ini, Burung Julang dijadikan sebagai lambang kesetiaan laki-laki kepada keluarganya. Suku Dayak mengabadikan burung ini dalam bentuk tarian atau hiasan.

Tipe Adapters

Sepah kecil Pericrocotrus cinnamomeus (by RED Door to Hunt)
Spesies adapters dapat ditemukan di perkotaan, perdesaan, dan tipe lanskap kombinasi.  Terhadap adapters perlu dikelola agar kekayaan spesiesnya dapat dipertahankan dan bahkan ditambah, serta tercipta ko-eksistensi dan keselarasan antara manusia dengan lingkungannya.

Tipe Eksploiters

Burung Kuntul Besar Egretta alba
Spesies exploiters dapat menjadi hama atau menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, sehingga diperlukan monitoring populasi, pengaturan disain bangunan, jika diperlukan, pengaturan tata guna lahan, dan penyadartahuan. Pengelolaan terhadap exploiter ini sudah mulai dirasakan oleh pengeola bandara, karena burung dapat mengganggu penerbangan. (zul)

Sumber : Materi presentasi Prof.Dr.Ir. Ani Mardiastuti saat Pres Konferensi Pra Orasi Ilmiah