Friday, February 12, 2016

Mahasiswa IPB Raih Medali Emas Berkat Gula Cair dari Kulit Singkong


Gula Cair Kulit Singkong IPB
Gucakusi Raih Golden Medal di Macau
Indonesia termasuk 5 negara penghasil singkong terbesar di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014 tingkat produksi singkong nasional mencapai 23.458.128,00 ton. Pengolahan singkong akan menghasilkan limbah yang jumlahnya cukup besar. Persentase kulit singkong yang dihasilkan berkisar antara 15-20% dari berat umbi, dengan persentase lapisan periderm sebesar 0,5-2% dan kulit bagian dalam (corteks) berwarna putih mencapai 8-19,5%.

Kulit singkong yang diperoleh dari tanaman singkong (Manihot esculenta) merupakan limbah agroindustri seperti industri tepung tapioka, industri fermentasi, dan industri produk makanan. Industri pengolahan umbi singkong tersebut menghasilkan kulit singkong yang pada umumnya dibuang sebagai limbah. Saat ini pemanfaatan kulit singkong segar sebagai pakan ternak hanya dilakukan dalam jumlah yang terbatas, karena bila diberikan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan keracunan akibat adanya sianida (HCN) yang dapat menyebabkan kematian.

Berangkat dari konsep zero waste, empat mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mengolah limbah kulit singkong menjadi gula cair. Mereka adalah Farauq Arrahman, Galih Nugraha, Putri Vionita (ketiganya dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen) dan Abdul Azis, (Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian). Dalam Event Macau Internasional Innovation dan Invention Exhibition (MIIIE) 2015, Tim Gucakusi memperoleh pencapaian yang membanggakan yakni memperoleh Golden medal dan tiga special Award.

Gula Cair dari Kulit Singkong IPB
Behind the scene Laptop Si Unyil : Kreasi Anak Negeri
Proses pembuatan gula cair dari pati kulit singkong yang pertama adalah pengenceran kulit (“diblender”), setelah itu bubur kulit singkong dimasukkan sejumlah enzim alfa-amilase. Selanjutnya tahap sakarifikasi dengan cara pati yang telah terpecah menjadi dekstrin selanjutnya didinginkan dari suhu 105oC menjadi 60oC, kemudian dimasukan ke dalam toples kaca sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase.

Setelah melalui proses sakarifikasi kemudian masuk ke dalam proses pemucatan dengan arang aktif. Tahap selanjutnya, dilakukan penyaringan dan proses penguapan (Evaporasi) untuk memekatkan hasil gula cair dari 30-35 brix sampai 43-80 brix. Gula pasir kurang lebih 90 brix.

Hasilnya gula cair dari kulit singkong mengandung energi sebesar 106 kilo kalori sementara gula pasir mengandung energi sebesar 364 kkal/100 g. Sedangkan gula aren mengandung energi sebesar 368 kkal/100 g dan untuk gula kelapa yaitu dengan kalori 386 kkal/100g. Bahan pemanis lain yang biasa digunakan yaitu madu memiliki kalori 294 kkal/100 g.

Gula cair dari kulit singkong mengandung energi yang lebih rendah yaitu kurang dari sepertiga dari energi yang terdapat dalam gula pasir. Dari hasil uji komposisi gula menggunakan metode HPLC, komposisi gula cair dari kulit singkong memiliki kandungan fruktosa sebesar 4677.21 mg/1000 g, glukosa sebesar 24.62 mg/1000 g, maltosa 0.11 mg/1000 g.

Hal ini menunjukan bahwa gula cair yang terbuat dari kulit singkong menggunakan metode hidrolisis enzimatis dengan bantuan enzim alfa-amilase dan enzim amiloglukosidase merupakan gula cair fruktosa yang rendah kalori yaitu sebesar 106 kkal/100 g.

“Sehingga gula cair ini dapat digunakan untuk penderita diabetes yang menginginkan minuman manis. Selain itu kandungan lemak gula cair dari kulit singkong ini lebih rendah dibandingkan dengan gula kelapa sehingga dapat menjadi alternatif penggunaan gula selain gula kelapa. Gula cair dari kulit singkong cocok digunakan untuk diet karena kandungan kalorinya yang rendah yaitu 106 kkal/100 g,” ujar Galih.

Produk inovasi tim IPB ini diberi nama “GUCAKUSI” yakni produk inovasi berupa gula cair yang terbuat dari limbah kulit singkong. Gucakusi memiliki empat jenis produk yang ditargetkan pada pasarnya masing - masing. Pertama, gula cair dikemas dalam botol besar untuk ibu rumah tangga. Kedua , gula cair dikemas dalam botol untuk traveller. Ketiga, gula cair dikemas dalam sachet untuk produk instan. Keempat, gula cair dikemas dalam jumlah besar (barrel). Produk inovasi dilengkapi masterplan untuk socialbisnis kerjasama dengan pengelola pabrik aci singkong di desa Ciluar. Selain itu produk ini dalam proses pematenan oleh DJHKI.

Inovasi ini sudah ditayangkan diberbagai media massa nasional dan lokal baik cetak maupun elektronik. baca : Gucakusi Membahana di Layar Kaca. (zul)

No comments:

Post a Comment