Friday, February 5, 2016

Teknologi IPB Prima, Kembalikan Kesuburan Tanah dengan Jerami

Dr. Sugiyanta, Penemu Teknologi IPB Prima
Dr. Sugiyanta, Penemu Teknologi IPB Prima
Varietas PTB IPB 3S dan IPB 4S telah dilepas pada tahun 2012 dengan potensi hasil 11,23 ton dan 10,56 ton/ha. Beberapa hasil penelitian di Kabupaten Karawang Jawa Barat dan Klaten Jawa Tengah menunjukkan hasil yang tinggi. 

Hasil riil 7,1 ton/ha (sugiyanta dan Tri Herdiyanti 2013) GAP belum sesuai. Hasil ubinan 9,8 ton/ha (Sugiyanta, Show Window, Karawang, 2014). Hasil ubinan 10,4 ton/ha (Sugiyanta, Rahayu, Herdiyanti, 2014, IPTEK, Cimalaya Karawang, Jawa Barat). 

Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, IPB menggunakan teknologi IPB Prima dalam menanam padi varietas IPB 3S dan 4S. Teknologi IPB Prima merupakan perbaikan kesuburan tanah dengan pengembalian jerami ke lahan dengan aplikasi pupuk hayati IPB-Bio. 
Pemanfaatan Jerami dalam Teknologi IPB Prima
Jerami setelah proses panen padi
“Selama ini jerami sisa panen suka dibakar, ditumpuk untuk musim depan atau bahkan di jual. Padahal jerami mengandung unsur N, P2O3, K2O, S dan Si,” ujar Dr. Sugiyanta saat presentasi di IICC beberapa bulan lalu. 

IPB Bio sendiri merupakan bakteri dekomposer untuk membantu dekomposisi jerami. Bakteri ini mampu menambat N, melarutkan P dan K, agen hayati menekan patogen, PGPR untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Cara pemakaiannya dengan diinkubasikan pada pupuk organik.

Berdasarkan hasil pengamatan sekolah lapang petani, tanah dengan pembenaman jerami memiliki solum yang dalam, lebih lunak dan warnanya lebih gelap dibandingkan dengan tanpa pembenaman jerami. Tanah dengan pembenaman jerami lebih banyak gulma tetapi juga lebih banyak musuh alami untuk hama dan penyakit padi. Tingkat serangan hama dan penyakit lebih rendah dibanding tanpa pembenaman jerami.

Lalu bagaimana aplikasinya? Berikut caranya:

Pembenihan : Benih diseleksi dengan larutan garam hingga telor terapung, benih yang melayang dan terapung dibuang dan yang tenggelam dicuci dengan air bersih, direndam 24 jam, diinkubasikan pada karung basah 48 jam kemudian disemai.

Penanaman : Umur bibit 14-17 hari. Jarak tanam terbaik adalah 30 x 10 cm dengan populasi sekitar 333.000 tanaman/ha atau legowo 2:1, 40 x 20 x 10 cm dengan 3-4 bibit per lubang tanam.

Pemupukan : aplikasi pupuk bioorganik 300-500 kg/ha sebelum tanam. Aplikasi NPK 15-15-15 dengan dosis 150 kg/ha ditambah urea 100 kg/ha pada 7 hari setelah tanam. Aplikasikan NPK 15-15-15 dengan dosis 100 kg/ha ditambah urea 50 kg/ha pada 3 minggu setelah tanam. Aplikasikan 100 kg NPK 15-15-15 6 minggu setelah tanam. Aplikasikan pupuk silika cair pada 2 MST dan MST .5 l/ha/aplikasi.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman : Gunakan sistem pengendalian biodinamik dan terpadu. Benamkan jerami saat pengolahan tanah minimal 3 minggu sebelum tanam untuk menumbuhkan musuh alami. Amati dan ambil telur penggerek batang dan wereng di pesemaian. Pengamatan intensif hingga padi umur 1 bulan. Pilih dan aplikasikan pestisida yang tepat dan rasional. 

Pengendalian gulma : Sebaiknya menggunakan gasrok atau weeder yang memungkinkan putus akar. Pengairan : buat kemalir drainase untuk pengeringan dan pencegahan genangan berlebihan. Pengairan intemiten basah-kering dan kondisi macak-macak lebih baik dari pada tergenang. Kemalir drainase sangat penting untuk padi musim hujan, padi varietas IPB 3S apabila kelebihan air cenderung mudah rebah.

Panen dan pasca panen : Waktu panen malai masak kuning, bulir menguning, pangkal malai kuning segar sekitar 87 hari setelah pindah tanam. Pemanenan dilakukan dengan sabit dan dirontok dengan mesin perontok (threser) karena sifat rontoknya yang sedikit kuat. Jerai ditinggalkan di lahan untuk dikembalikan ke lahan.

Sumber : Presentasi Dr. Sugiyanta dalam Seminar Hasil-Hasil Penelitian-LPPM IPB di IICC, Bogor.



No comments:

Post a Comment