Friday, March 25, 2016

Bernard Sianturi, Sopir Bus yang Berhasil Sekolahkan Lima Anaknya Menjadi Sarjana dan Satu Master

Kisah Susi, Lulusan Cumlaude IPB yang Jual Gorengan
Susi Sianturi dan Putri Keduanya (Lacy Hasianna L.)

Masih fresh dari ingatan kita tentang Susi Sianturi (28 tahun), lulusan magister Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berhasil menggondol gelar cumlaude. Istri dari Briner Lumbantoruan (31 tahun) ini berhasil mengantongi nilai IPK 3,91 di Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.

Susi bisa menyelesaikan kuliah magisternya berkat beasiswa yang ia dapatkan dari BPPDN. Kini, Ibu dua anak ini tinggal menunggu penempatan sebagai Dosen.

Alhamdulillah dengan kuasa dari Allah SWT, Penulis diberi kesempatan bersilaturahmi di kediaman Susi dua hari setelah wisudanya.

Dalam silaturahmi ini Penulis tidak sendiri tetapi bersama tiga kawan reporter dari Metro TV, Kompas TV dan Radar Bogor (tunggu tanggal tayangnya ya). Berikut hasil wawancara kami dengan Susi Sianturi di Cihideung Ilir Bogor.

Yang mengagumkan bukan hanya nilainya yang hampir sempurna, Susi berhasil menyabet gelar sarjana dan master di IPB dengan penuh perjuangan.

Ya, seperti diberitakan sebelumnya (baca : Lulusan IPB), sejak di Tingkat Persiapan Bersama (TPB), untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya Susi menjual pisang molen di Asrama TPB. Bangun jam 4 pagi dijalaninya setiap hari untuk mengambil dagangan di Kampung Cikarawang (belakang Kampus IPB).

“Saya berjualan dengan teman saya, namanya Susan. Kami ngider di Asrama Putri. Selesai jualan biasanya pukul setengah 6 pagi. Keuntungan setiap hari sekitar 25-30 ribu per orang,” ujar wanita kelahiran Humbang Hasundutan Kecamatan Lintongnihuta, Nagasaribu Tapanuli Utara.

Usaha ini dijalaninya selama dua semester. Setelah itu usaha serabutan seperti MLM, juru fotokopi, jualan perlengkapan kuliah di stand-stand. Pokoknya usaha yang menghasilkan uang, katanya.

Kenapa Susi harus menjalani semua ini? Jawabannya karena kiriman bulanan dari orang tuanya tidak mencukupi. Ya, Ayah Susi, Bernand Sianturi hanya mengirimkan uang sebesar 300 ribu rupiah per bulan dari semester satu hingga Susi lulus Sarjana. 

Kisah Susi, Lulusan Cumlaude IPB yang Jual Gorengan
Susi Sianturi beserta keluarga di Perumahan Darmaga Permai Cihideung Ilir Bogor
Bapak dari sembilan anak (delapan anak kandung dan satu anak angkat) ini bekerja sebagai Sopir Antar Kota di Tapanuli Utara. Penghasilan tiap bulannya tidak menentu, kadang 2 juta rupiah bahkan kadang kurang dari angka itu. Kalau lebaran, Bernand bisa mengantongi 3 juta rupiah per bulan.

Yang mengagumkan adalah, enam dari delapan anaknya berhasil menyelesaikan pendidikan Sarjana di beberapa perguruan tinggi ternama. Sebut saja Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (UNDIP), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Negeri Padang, Sekolah Keperawatan Elisabeth Medan.

Lima orang diterima melalui jalur undangan dan satu orang diterima dari jalur tulis. Kini mereka menjadi Guru SMA, Perawat, Sarjana Psikologi, Ahli Geologi, Pemilik Bimbel dan Dosen.

“Kami ajarkan oleh Bapak “Berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang senang kemudian”. Saat kakak pertama lulus, dia bantu nambahi biaya adiknya yang sekolah. Pas saya kuliah, saya dibantu kakak saya yang sudah lulus dari UGM (saat ini sudah punya bimbel “Sang Pemimpin” di Bangka Belitung). Saat saya lulus saya bantu adik saya yang di UNDIP. Setelah adik yang di UNDIP selesai, saya biayai full adik saya yang di Universitas Negeri Padang,” ujar Susi.





Wednesday, March 23, 2016

IPB Raih Peringkat TOP 51+ Dunia

IPB TOP 51+ Dunia
Peringkat IPB di Dunia
Tahun ini, Institut Pertanian Bogor (IPB) semakin menunjukkan prestasinya sebagai jajaran perguruan tinggi bergengsi dunia. Hasil dari QS World University Ranking by Subject tahun 2016, IPB menduduki posisi Top 51+ dunia. Tepatnya untuk kategori Pertanian dan Kehutanan. 

“IPB selevel dengan Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT) dan Universitas Putra Malaysia (UPM) untuk kategori yang sama. Rangking IPB tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya yang menduduki posisi Top 101+ dunia,” ujar Kepala Biro Hukum, Promosi dan Humas IPB, Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MSi.

Tuesday, March 22, 2016

Waspada DBD, Jadilah Jumantik di Rumah Sendiri

Pakar Nyamuk IPB, Prof.Dr.drh. Upik Kusumastuti
Guru Besar FKH IPB, Prof.Dr.drh. Upik Kesumawat Hadi
Nyamuk Aedes aegypti yang menularkan virus dengue, memiliki perubahan perilaku  karena perubahan iklim. Hal ini disampaikan Pakar Nyamuk dan juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof. Dr.Ir. Upik Kesumawati Hadi.

Menurutnya, proses penularan virus oleh nyamuk itu sangat komplek. Untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), bisa jadi reservoar (faktor penularnya) adalah penderita yang sudah sembuh tapi tubuhnya masih mengandung virus.

“Dulu adanya kasus DBD itu di hutan dan korbannya adalah monyet. Tapi dengan adanya perubahan jaman, kasus DBD pindah ke perkotaan. Dan ini sudah berlangsung lama sekali. Virus dengue dapat berkembang biak di tubuh nyamuk, tanpa nyamuk itu sakit. 

Bagaimana virus itu dapat akses manusia? Karena adanya aktvitas menghisap darah orang sakit menularkan ke orang sehat. Satu lagi kalau nyamuk yang sudah mengandung virus dengue bertelur maka telur yang sudah menetas menjadi nyamuk bisa menularkan,” ujarnya.

Terjadinya sakit itu ketika ketahanan tubuh kalah dengan virus tadi. Dalam orasi ilmiahnya yang berlangsung minggu lalu (19/3), Prof. Upik mengatakan manusia menyediakan habitat nyamuk. Dengan setetes air Aedes aegypti bisa bertelur dan berkembang biak. 

Dari delapan lokasi di Bogor yang diteliti, tidak ada yang angka bebas jentiknya tinggi, ini menunjukkan bahwa ada DBD karena ada nyamuknya. Angka ini yang sebabkan potensi DBD terjadi.

Kalau angkanya diatas 95 persen maka boleh dikatakan bebas jentik. Contohnya penampung air di dispenser, tatakan pot yang ada genangan airnya, talang rumah yang airnya terhambat daun.

Pakar Nyamuk IPB, Prof.Dr.drh. Upik Kusumastuti
Daerah yang rawan penularan DBD (angka bebas jentiknya rendah)

“Kita harus rajin membersihkan wadah-wadah (tidak hanya membuang airnya tetapi menyikatnya juga karena telur nyamuk menempel di dinding wadah) tersebut atau wadah lainnya seminggu sekali, karena telur akan menetas setelah seminggu,” terangnya.

Pakar Nyamuk IPB, Prof.Dr.drh. Upik Kusumastuti
Prof. Upik memantau penampung dispenser

Ada beberapa perubahan perilaku nyamuk yang perlu kita waspadai, diantaranya:
  1. Nyamuk Aedes Ae sekarang tidak hanya hidup di genangan air bersih tetapi bisa hidup juga di air genangan yang mengandung polutan atau air got. Jadi ini lebih parah.
  2. Sejauh ini aktivitas menghisap darah itu siang hari, ternyata Aedes ae juga menghisap darah pada malam hari. Maka kita harus tingkatkan kewaspadaan. Gunakan lotion dan baju lengan panjang.
  3. Adanya resistensi vektor (nyamuk Aedes ae) terhadap insektisida. Jika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD kemudian orang akan lakukan penyemprotan atau fogging. Padahal belum tentu efektif. Karena fogging itu penyemprotan hanya bertahan 2 jam, kontak dengan nyamuk dewasa saja. Insektisida rumah tangga, penggunaan yang lama dan sering akan terjadi resitensi.
  4. Dampak perubahan iklim, nyamuk terpengaruh iklim, suhu meningkat lebih aktif dan masa inkubasi di dalam tubuh nyamuk dan perkembangbiakan nyamuk lebih cepat.


Pakar Nyamuk IPB, Prof.Dr.drh. Upik Kusumastuti
Stop Penularan DBD, Jadilah Jumantik di rumah sendiri

Melihat banyaknya perubahan perilaku yang terjadi pada nyamuk Aedes ae ini harus menjadi perhatian kita bahwa masyarakat harus digerakkan untuk membeaskan daerah dari nyamuk. Kita harus menjadi Jumantik di rumah kita sendiri, tandasnya.(zul)

Monday, March 21, 2016

Good News Today Metro TV HARI INI : Diabetrin, Krim Penyembuh Luka dari Kulit Ikan Karya Mahasiswa IPB

Diabetrin, Krim Penyembuh Luka dari Kulit Ikan
Diabetrin, Krim Penyembuh Luka dari Kulit Ikan
Sukses dengan tayangan Gula Cair dari Kulit Singkong (Gucakusi) di Good News Today, salah satu Program Unggulan Metro TV (24/2/2016), HARI INI Good News Today kembali menghadirkan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan inovasi bernama "Diabetrin" ke studio Metro TV.

Good News Today tayang setiap hari Senin-umat pukul 15.30-16.30 WIB.

Lalu apa itu Diabetrin?

Limbah perikanan seperti pen cumi dan kulit ikan tidak selamanya terbuang begitu saja. Tim mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terdiri dari Wekson Bagariang (THP 48) sebagai ketua dan Kaisar Akhir (ITK 48) sebagai anggota menciptakan krim penyembuh luka diabetes yang diformulasikan dengan kitosan (dari pen cumi dan kolagen dari ikan). Krim ini mereka beri nama produk “Diabetrin”.

Diabetrin mereka ciptakan dengan harapan dapat membantu penyembuhan luka diabetes yang dialami para penderita diabetes secara efektif dan halal. Bioproduk kesehatan ini mereka ikutkan dalam ajang lomba Inovasi IPTEK Pemuda Nasional 2015 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI. (sumber berita : IPB MAGAZINE)

Diabetrin, Krim Penyembuh Luka dari Kulit Ikan
Juara dalam Lomba Inovasi IPTEK Pemuda Nasional 2015



Saksikan, ZAPHANZA IPB di Laptop Si Unyil, HARI INI di TRANS 7 pukul 12.30 WIB

Zaphanza, Jaket Gunung Multifungsi Karya IPB
Syuting Laptop si Unyil di Ciampea Bogor
Setelah Easy Grow dan Rendang Jengkol Cap Tungku suskes tayang di Laptop Si Unyil tanggal 10 Maret 2016 lalu, kini Zaphanza IPB akan tayang SIANG INI pukul 12.30 WIB di Trans 7.

Apa itu ZAPHANZA?

Sebuah desain inovatif karya mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mampu mengubah kerepotan yang sering dialami pendaki gunung menjadi lebih praktis dan efisien. 

Tim yang terdiri dari Moh. Zahwan Jamaludin, M. Ikhwan Hanif, Venza Rhoma Saputra, Reza Fahmi Hidayat, Panji Laksono, Rico Juni Artanto dan Megawati Simanjuntak ini menggabungkan fungsi penyimpanan perlengkapan, sleeping bag, dan rain coat yang dibutuhkan pendaki pada sebuah jaket gunung multifungsi bernama “ZAPHANZA”.

Pendaki tak perlu bingung saat melakukan pengemasan perlengkapan dan perhitungan beban agar dapat ditopang oleh tubuh pendaki. Zaphanza dapat menjadi pilihan praktis dan efisien dalam pendakian.

Ingin tahu lebih lengkap tentang ZAPHANZA IPB, jangan lupa tonton Laptop Si Unyil HARI INI pukul 12.30 di Trans 7.

Zaphanza, Jaket Gunung Multifungsi Karya IPB
Zaphanza di Kompas TV

Wednesday, March 16, 2016

Wafer Ini Bisa Tingkatkan Berat Badan Domba Hingga 24 Persen

Wafer Domba karya Prof. Yuli Retnani
Pakan Ternak Karya Guru Besar IPB
Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr. Yuli Retnaningsih mengembangkan pakan ternak dari limbah pasar berupa wafer dan biskuit. Pembuatan wafer dan biskuit untuk pakan ternak ini menjadi salah satu alternatif penyimpanan dan menjaga ketersediaan hijauan pakan. Selain itu, bahan baku pakan ternak ini dibuat dari limbah sayuran dari pasar.

Prof. Yuli mengatakan inovasi pakan ini terdiri atas wafer pakan dan suplemen pakan. Wafer pakan sebagai pengganti hijauan, sedangkan wafer suplemen pakan sebagai suplemen dengan tujuan untuk meningkatkan bobot badan atau untuk menurunkan mortalitas. 

“Pembuatan wafer memanfaatkan limbah sayuran terbuang. Kami menggunakan limbah sayuran dari Pasar Induk Kramat Jati. Hampir 60 persen limbah dihasilkan di pasar adalah limbah organik yang dapat dimanfaatkan lagi,” ujarnya.

Wafer Ternak dari Limbah Pasar
Limbah Pasar (klobot jagung, kulit kecambah, daun kol)

Pemberian wafer limbah sayuran pasar ini mampu meningkatkan pertambahan bobot badan domba 24 persen lebih tinggi dibandingkan pakan konvensional. Wafer dari limbah ini juga aman dikonsumsi ternak karena kandungan logam beratnya masih dalam ambang batas yang diperbolehkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Penerapan wafer pakan komplit di peternakan domba rakyat Jakarta Timur menghasilkan bobot badan akhir 25,6 persen lebih tinggi dibandingkan pakan konvensional. Rataan bobot badan akhir sapi pedet dengan pemberian wafer suplemen pakan pada taraf 10 persen mencapai 28,22 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pakan konvensional,” terangnya.

Wafer Ternak dari Limbah Pasar
Wafer Ternak dari Limbah Pasar
Inovasi ini mendapatkan penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi RI sebagai salah satu dari 105 Inovasi Indonesia Paling Prospektif pada tahun 2013 (sudah dipatenkan) sebagai produk pakan awet, bersih dan kering. (zul)





Wednesday, March 9, 2016

Saksikan Easy Grow dan Rendang Minang Cap Tungku Karya IPB di "Laptop si Unyil" HARI INI di TRANS 7

Easy Grow IPB
Proses shooting di Megamendung Bogor
(foto : instagram laptop si unyil)
Yup...setelah sukses dengan Gucakusi (Gula Cair dari Kulit Singkong) karya Galih Nugraha dan tim, Laptop Si Unyil mengangkat inovasi lainnya dari Insitut Pertanian Bogor (IPB). Kali ini adalah Easy Grow dari Indoflower (anak perusahaan dari PT BLST IPB) dan Rendang Minang Cap Tungku karya Roy dan Restu (keduanya alumni IPB).

Apa itu Easy Grow? silahkan baca postingan penulis sebelumnya atau klik Easy Grow. Lalu apa sih keunggulan Rendang Minang Cap Tungku? sama, silahkan baca postingan sebelumnya atau klik Rendang Minang Cap Tungku

Dua tahun ini penulis mendapatkan mandat untuk mempublikasikan inovasi IPB di layar kaca. bukan tugas mudah tetapi setelah dijalani, Allah SWT mudahkan. Nah, yang istimewa dari Program Laptop Si Unyil adalah menyiapkan talent anak-anak yang siap tampil di layar kaca.

Dan yang penulis lakukan adalah merekrut anak-anak sekitar rumah (yang rajin ngaji di rumah penulis). Kenapa? supaya menarik minat anak-anak yang lain untuk ikut ngaji. "Eh, kalau ngaji nanti bisa masuk TIPI loh," hehehehe.

Selain yang rajin ngaji, anak yatim yang sudah bisa diajak kerjasama juga ikut serta. Niatnya? menambah wawasan dan membuat mereka menjadi lebih CERIA. Intinya mah, semoga semua usaha ini di ridai Allah SWT. Amin

Rendang Minang Cap Tungku IPB
Break makan siang, menikmati Rendang Minang Cap Tungku
(Foto : intagram Laptop si Unyil)

SO, jangan lupa SAKSIKAN "LAPTOP SI UNYIL", KAMIS 10 MARET 2016, PUKUL 12.30 WIB di TRANS 7.



Wednesday, March 2, 2016

Hama Kumbang Badak dan Kumbang Sagu pada Pohon Kelapa Kopyor

Serangan Hama Kumbang pada Pohon Kelapa
Pohon Kelapa yang terkena serangan hama kumbang badak
Serangan hama kumbang badak (tanpa diikuti oleh serangan kumbang sagu), paling parah terjadi pada tanaman kelapa yang masih muda (bibit). Yakni menyebabkan terjadinya mala bentuk (malformasi) pertumbuhan bibit karena rusaknya jaringan di dekat titik tumbuh.

Atau menyebabkan tanaman muda (bibit)-nya tidak dapat berkembang lebih lanjut (bahasa jawanya: punthes) ketika kerusakan terjadi pada titik tubuhnya. Bibit kelapa atau tanaman muda yang telah rusak titik tumbuhnya tidak dapat berkembang dan akan mati.

Pada tanaman kelapa dewasa, lubang bekas serangan hama kumbang badak akan menarik kedatangan hama kumbang sagu. Kumbang sagu akan bertelur di bekas lubang serangan hama kumbang badak dan telurnya akan menetas menjadi larva. 

Pohon Kelapa Kopyor yang terkena serangan hama kumbang badak dan kumbang sagu
Larva kumbang sagu akan memakan seluruh jaringan muda di pucuk tanaman kelapa sehingga titik tumbuhnya mati. Serangan ikutan dari hama kumbang sagu ini yang menyebabkan tanaman kelapanya tidak lagi mampu berkembang karena matinya titik tumbuh tanamannya sehingga menyebabkan matinya tanaman kelapa yang terserang.

Batang kelapa yang mati selanjutnya akan menjadi sarang tempat bertelur dan berkembangnya larva kumbang badak. Larva kumbang badak akan memakan jaringan pohon kelapa yang mati dan menghasilkan ratusan kumbang badak generasi baru yang siap merusak tanaman kelapa yang ada. Dan seterusnya.

“Dengan demikian, jika di lokasi pertanaman terdapat populasi hama kumbang badak dan kumbang sagu yang tinggi akan mengakibatkan banyaknya pohon kelapa yang mati. Keadaan tersebut menjadi lebih parah pada pertanaman kelapa kopyor karena kumbang badak dan kumbang sagu lebih senang menyerang kelapa kopyor dibandingkan kelapa normal,” terang Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Sudarsono.

Menurutnya, hama kumbang badak meningkat jumlahnya ketika musim hujan dan menurun jumlahnya pada musim kemarau. Dengan demikian, pada musim hujan serangan hama tersebut akan mengalami peningkatan sedangkan pada musim kemarau akan mengalami penurunan. Hama kumbang badak bukan hama endemis di Indonesia. 
Hama Kumbang pada Pohon Kelapa
Hama kumbang badak dan kumbang sagu yang terperangkap dalam multitrap
Hama ini sebenarnya berasal dari daerah Sri Langka dan sekitarnya yang menyebar ke berbagai daerah, termasuk ke Indonesia. Akibatnya, musuh alami yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama ini tidak tersedia di lingkungan Indonesia sehingga jika suatu daerah sudah terserang, akan sulit memberantas hama ini di lapangan.

Hama kumbang badak paling aktif dari sore hingga malam sekitar pk. 21.00. Pada waktu lain, hama kumbang badak tidak terlalu aktif. Untuk itu, waktu tersebut merupakan waktu yang paling efektif untuk menangkap hama ini.

“Secara tradisional, petani mengatasi serangan hama dengan menggunakan butiran garam yang ditebarkan di pucuk pohon kelapa atau menggunakan cairan perasan daun tembakau. Tetapi butiran garam dan perasan daun tembakau tidak tahan lama dan hanya bersifat sebagai repellant (penolak) saja, maka cara ini kurang efektif. Ada juga yang menggunakan jaring bekas jala ikan yang dipasang di pucuk kelapa untuk mencegah hama kumbang badak menyerang pucuk. Tetapi karena pucuk kelapa yang tumbuh akan bertambah tinggi dan besar, maka ini juga kurang efektif,” terangnya.

Prof. Sudarsono kemudian mengembangkan perangkap kumbang multifungsi yang diberi nama Multitrap. Penjelasan lengkapnya ada dipostingan sebelumnya atau klik Multitrap. (zul)

Tuesday, March 1, 2016

Ini Dia Perangkap Kumbang, Efektivitas 100%

Multitrap, Perangkap Kumbang Badak dan Kumbang Sagu
Kumbang Badak
Hama kumbang badak (wang-wung) dan hama kumbang sagu (tembirang) banyak mengakibatkan kerusakan pada pertanaman kelapa. Banyak tanaman kelapa kopyor di daerah Pati yang rusak dan mati akibat serangan hama wang-wung dan tembirang. 

Masalah serangan kumbang badak juga terjadi di daerah-daerah perkebunan kelapa sawit yang dalam proses penanaman baru (replanting). Bekas tebangan kelapa sawit yang biasanya dicacah dan dipendam di lapangan telah menjadi sarang (breeding ground) bagi perkembangan ribuan hama kumbang badak di lapangan.

Sebagai pimpinan dari tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Penelitian Tanaman Palma (BalitPalma), Manado yang fokus dengan tanaman kelapa kopyor, Prof. Sudarsono tertantang untuk membantu mengatasi masalah serangan hama tersebut.


Multi trap, perangkap kumbang badak dan kumbang sagu
Multitrap, Perangkap Kumbang Badak dan Kumbang Sagu 
Bertolak dari keberhasilan awal penerapan perangkap “Multi-Trap” di kelapa kopyor, Ia berharap perangkap tersebut juga dapat dikembangkan untuk pengendalian hama kumbang badak (wang-wung) di pertanaman kelapa sawit muda.

Prof. Sudarsono kemudian terus mengembangkan alat perangkap hama yang disebut “Multi-Trap” agar dapat diterapkan di berbagai tanaman yang menghadapi serangan hama kumbang. “Perangkap hama ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai hama kumbang yang menyerang tanaman, asalkan tersedia senyawa feromon yang digunakan untuk menarik serangga agar datang ke perangkap,” lanjut Prof. Sudarsono.

Perangkap “Multi-Trap” dikembangkan sejak tahun 2012 melalui kegiatan “Proyek Penelitian HILINK Kelapa Kopyor” yang didanai oleh Kemdiknas. Riset ini tadinya fokus pada pengembangan kelapa kopyor di daerah Pati, Jawa Tengah dan Kalianda, Lampung Selatan.

Dalam perjalanannya diketahui bahwa hama kumbang badak dan kumbang sagu menjadi dua hama utama yang menyerang pertanaman kelapa kopyor di Pati sehingga menjadi topik tambahan yang dicoba dicarikan jawaban permasalahannya selama tiga tahun “Proyek Penelitian HILINK Kelapa kopyor” tersebut. "Itulah yang menjadi alasan mengapa saya berkeinginan membuat perangkap hama “Multi-Trap”, ujarnya.(zul)