Wednesday, September 21, 2016

Cerita Cita Lusita, Anak Rantau yang Bermetamorfosa

Lusita Meilana, Lulusan IPB
Lusita Meilana, S.Pi, M.Si
Hari ini merupakan salah satu hari yang paling membahagiakan bagi Lusita Meilana, gadis desa dari Pematang Tahalo, Lampung Timur ini resmi menyandang gelar Master Sains dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna yakni 3,91. Tahun depan gelar Master of Science juga akan Ia dapatkan dari Xiamen University, China. 

Mulai menempuh pendidikan tinggi di IPB sejak tahun 2010 berkat program Bidikmisi, Lusita mendapatkan kesempatan untuk langsung melanjutkan studi S2 melalui program fastract. Setelah dinyatakan lulus program magister IPB, Lusita lalu mendapatkan beasiswa S2 dari Xiamen Universitas China.

Prestasi ini diraih Lucita dengan penuh perjuangan. Cerita Lusita bermula kala Ia harus melunasi biaya kuliah program magisternya. Lusita tidak bisa melakukan seminar atau presentasi hasil penelitiannya karena biaya kuliah sebesar 16 juta rupiah belum Ia bayar. Selama ini, uang yang Ia dapatkan dari hasil kerja serabutan (translater, mengajar les bahasa inggris, melatih mahasiswa yang akan presentasi dll) hanya bisa untuk biaya hidup sehari-hari. 

"Saat S1 saya dapat beasiswa bidikmisi. Tapi saat S2 saya menggunakan dana pribadi. saya yakin bisa, karena saya yakin Allah akan kasih jalan selama niat dan tujuan kita baik. Yang paling menyedihkan adalah saat tinggal satu langkah lagi lulus S2, saya kehabisan uang dan belum bisa membayar uang SPP sebesar 16 juta rupiah. Jika kondisi ini diketahui orang tua saya, saya yakin saya akan diminta pulang. Karena dimata orang tua saya, angka tersebut sangat besar," ujarnya.

Berkat bantuan dari seorang donatur, Lusita mendapat pinjaman lunak dan bisa melanjutkan proses studinya. Namun pinjaman tersebut harus Ia kembalikan dalam waktu tiga bulan.

"Saat seminar, saya tidak nervous untuk mempertahankan penelitian saya tetapi bingung bagaimana saya harus mengembalikan uang tersebut," tuturnya.

 Allah SWT pun membuka pintu rejeki Lusita. Salah satu kawannya memberikan informasi bahwa ada beasiswa studi S2 ke China. Jika dihitung-hitung, besaran beasiswa yang ditawarkan bisa menutup semua hutang Lusita.

Foto Lusita di China (diambil dari laman Facebook Lusita)
"Waktu itu, saya mengurung diri di kamar selama 2 minggu untuk belajar agar lulus Tes of English as a Foreign Language (Toefl), nilainya harus di atas 550. Saya hanya keluar untuk shalat, makan dan mandi. Alhamdulillah semua perjuangan saya terbayar saat saya dinyatakan mendapatkan beasiswa full di Xiamen University China. Hutang saya pun terbayar lunas," ujarnya.

Setelah mendapatkan Surat Keterangan Lulus (SKL) program magister dari IPB, saya lalu melanjutkan studi ke College of the Environment and Ecology, Xiamen University, China. Kini, Lusita tinggal menyelesaikan penelitiannya. Insya Allah tahun depan, Ia akan menyandang gelar Master of Science. Begini kira-kira nama panjangnya Lusita Meilana, S.Pi, M.Si, M.Sc.
 
Foto Lusita menikmati keindahan alam China (diambil dari lama Facebook Lucita)

Perjuangan menyelesaikan studi sarjana di IPB

Ingatan yang selalu terekam kuat tentu saja adalah rumah kecil berukuran 5x5 m yang Ia sebut sebagai istana. Ketika hujan disertai angin kencang datang, rumah yang beratapkan alang-alang dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah usang ini bahkan sempat roboh karena tak kuat menahannya.

“Saya dan kakak saya selalu dimasukkan ke dalam sebuah kotak besar yang terbuat dari kayu saat hujan (grobok bahasa jawanya) sedangkan Ayah dan ibu saya berlindung dibalik sebuah papan agar tidak terkena air hujan. Dirumah inilah saya tumbuh dan dibesarkan,” ceritanya.

Sungguh Ia tak pernah bermimpi, gadis desa dari Pematang Tahalo ini akhirnya bisa menjejak kaki di China dan Jepang. Mematahkan dugaan orang-orang yang dulu menghina dan mencaci orangtuanya.

“Hingga saat ini Bidikmisi telah menjadi pengantarku dalam melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi yaitu S2, dari sini aku diberi kesempatan menjadi mahasiswa Pasca Sarjana IPB melalui program Fastract. Terimakasih kepada Bidikmisi yang telah menjadikanku Sarjana pertama di keluarga, memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat, memberikan harapan kepada ku, ibu ku Dwi Setyawati, bapakku Sutiyo, kakak ku Novita Sastrawati dan keluarga besar ku,” tuturnya.

Lucita mengikuti berbagai kegiatan internasional menjadi asisten dan komite penyelenggara di Summer Course Introduction to Tropical Biodiversity from the Forest to the Sea Tokyo University of Agriculture vs Bogor Agricultural University selama dua periode yaitu 2013 dan 2014, dari Summer Course ini aku mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Tokyo University di Tokyo dan Tokyo University of Agriculture di Hokkaido,” ujarnya bangga.

Lucita pun berkesempatan mengunjungi Shanghai, China dengan menjadi presenter poster di jurnal international Elsevier pada konferensi ECSA 53 and Ocean & Coastal Management, Estuaries and Coastal Areas in Times of Intense Change. Menjadi presenter paper di Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting, Sapporo, Hokkaido University. Dan pada tahun 2015 diberi kesempatan lagi dalam“Accepted and funded in The 3rd International Workshop on the Science and Conservation of Horseshoe Crabs Hosted by the Kujukushima Aquarium and the University of Nagasaki, in association with the IUCN Horseshoe Crab Specialist Group and Sasebo City, Japan.”

Kisah lengkap perjuangan Lusita bisa kita baca di buku berjudul Metamorfosa. Lusita menjadi salah satu penulis inspiratif di buku tersebut.

Buku Metamorfosa, Kisah Inspiratif Mahasiswa Bidikmisi IPB
Buku Metamorfosa, Kumpulan Kisah Inspiratif Mahasiswa Bidikmisi IPB

No comments:

Post a Comment