Monday, October 3, 2016

Peneliti IPB: Ikan Nila Tampil Maskulin dengan Testis Sapi

Maskulinisasi Ikan Nila IPB
Ikan Nila Merah di Kolam Percobaan Kampus IPB Darmaga
Ikan Nila memiliki keunggulan yaitu mudah berkembangbiak, pertumbuhan cepat, toleran terhadap kondisi lingkungan, berdaging tebal, disukai masyarakat dan mudah dibudidayakan. Karena mudah berkembang biak, maka dapat terjadi pemijahan yang tidak terkontrol dan menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat.

Laju pertumbuhan ikan Nila jantan lebih cepat dibandingkan dengan ikan betina. Selisih biomass ikan pada waktu panen yang disebabkan fenomena pemijahan liar bisa mencapai 30-50 persen. Untuk itu, dilakukan budidaya ikan nila monoseks (tunggal kelamin) jantan. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh pertumbuhan yang lebih besar, mengendalikan pemijahan liar dan mendapatkan penampilan yang lebih baik.

Tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan maskulinisasi ikan Nila dengan memanfaatkan tepung testis sapi. Mereka adalah Muslim, Muhammad Zairin Junior, Nur Bambang Priyo Utomo dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB.
Ikan Nila Merah
Ikan Nila Merah
Salah satu teknik untuk mendapatkan benih ikan Nila monoseks jantan adalah melalui teknik alih kelamin dengan pemberian hormon jantan (testosteron). Hormon yang umum digunakan adalah hormon sintetik 17α Methyltestosteron (MT), namun hormon ini mahal dan sulit didapatkan. Selain itu penggunaan hormon testosteron sintesis tidak dianjurkan di Indonesia.

Salah satu hormon testoteron alami adalah testis sapi. Testis sapi mudah didapatkan, harga relatif murah dan ukurannya besar. Namun testis sapi segar mudah terurai dan membusuk.

Untuk itu, tim peneliti IPB memanfaatkan Tepung Testis Sapi (TTS) yang tidak cepat membusuk, tidak menurunkan kualitas air, larva tertarik untuk makan, dan mudah dalam penyimpanan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh hormon testosteron alami dalam makanan testis banteng (BTM) pada maskulinisasi ikan Nila menggunakan metode divalidasi aceto carmine squash, dari gonad ikan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan signifikan. Semakin tinggi dosis TTS dan semakin lama waktu pemberian TTS, maka persentase ikan jantan cenderung semakin meningkat. Pemberian TTS dengan dosis sembilan persen selama 14 hari dan 21 hari serta dosis enam persen selama 21 hari menghasilkan persentase ikan jantan yang tertinggi yaitu sebesar 83,3 persen. 

Selain itu, tingkat kelangsungan hidup benih tidak dipengaruhi oleh pengobatan BTM. Pertumbuhan ikan secara signifikan dipengaruhi oleh pengobatan BTM dibandingkan dengan tidak diobati BTM. Kinerja pertumbuhan tertinggi fry diperoleh dengan BTM sembilan persen.(zul)

Keterangan : foto diambil dari akun facebook

No comments:

Post a Comment